Chapter Ten

137 5 8
                                    

SASSHIE

                Sesaat setelah didi bilang kalau cia dan randra adalah mantan pacar, kusadari raut wajah reva menjadi sedikit tegang. Kemungkinan besar sih, merasa cemburu.

                Aku tertawa pada diriku sendiri, padahal baru beberapa saat yang lalu aku dengan pedenya merasa kalau reva cemburu padaku dan randra, tapi sekarang.. lihatlah. lagi-lagi aku merasa jatuh ke dalam jurang keputusasaan.

Rapuh, kecewa, tak berdaya.

                Tiba-tiba saja pandangan mataku kembali bertemu dengan pandangan mata randra. Takut kalau ia lagi-lagi bisa menyadari kekalutanku, sontak saja aku langsung tersenyum, lalu menjulurkan lidah – berusaha menutupinya.

                ‘cie playboy’, kataku tanpa suara.

Ia tersenyum sekilas, lalu langsung mengalihkan pandangan-nya lagi ke arah cia, sementara aku kembali menghela nafas dengan lirih.

                Kulirik reva yang ada di sampingku. Ia hanya mematung, terdiam seribu bahasa.

                Mungkin ini terdengar aneh, atau gila, tapi saat ini aku benar-benar merasa ingin menggenggam tangannya dan memeluknya erat.

                Jemarinya hanya berjarak kurang dari dua puluh centimeter dariku, tapi belum sempat aku menyentuh jemari itu, tiba-tiba saja reva berdiri.

Ia menoleh ke arahku seraya tersenyum – senyum yang kosong, “sas, maaf, aku pergi ke kamar dulu ya. Ada yang.. harus aku kerjakan. Nanti kamu kabarin aja kalau jadi mau ke finn beach club nya.”, katanya sambil kemudian menepuk pundakku dengan lembut.

“mm-mm”, responku, berusaha terdengar santai.

Sesaat setelah reva pergi, aku kembali menoleh ke arah randra dan cia yang sedang digoda oleh ibu-ibu di sudut sana.

Cia terlihat tertawa kecil, tapi di wajah cantiknya itu tergambar juga suatu kecanggungan.

Entah setan atau malaikat apa yang merasukiku, tiba-tiba saja aku berjalan ke arahnya, lalu merangkul pundaknya erat seraya tersenyum.

“udah ya tante-tante semuanya, udah cukup kan keponya. sekarang aku mau minjem cia-nya dulu ya.”, candaku, lalu menarik lembut lengan cia dan menjauhkannya dari serangan para orangtua yang usil itu. 

Dapat kurasakan dari sudut mataku kalau randra kini sedang memerhatikanku dengan heran, tapi kuacuhkan semua perasaan itu dan tetap merangkul lengan cia dengan erat.

Tak lama, saat kami sudah berada di area parkiran hotel, aku pun melepas peganganku pada lengannya.

Tiba-tiba saja keadaan menjadi canggung bagi kami berdua – aku dan cia. Sudah lama sekali rasanya sejak kami saling merangkul lengan kami seperti itu.

“makasih ya, sas..”, ucap cia lembut kemudian.

Aku mendengus pelan, “..makasih buat apa? gue cuma mau mastiin aja kok, busnya udah dateng apa belom. Kan lo EO-nya.”, kataku, tapi tidak berani menatapnya langsung.

Ia tertawa kecil, “udah dateng kok busnya. Tuh, depan mata kita persis.”

Kulirik bus besar di hadapanku. Di kaca depannya tertempel banner dengan tulisan yang ditata dengan cantik – yang dibaca, ‘HAPPY WEDDING FOR THE GROOM AND THE BRIDE, MR. AND MRS. REVANO.’

Kurasakan sesuatu yang menyakitkan menusuk-nusuk ulu hatiku, entah apa itu.

“tulisannya norak.”, kataku ketus, namun tak ayal sedikit kusesali setelahnya.

Cia hanya tersenyum, tapi tidak berkata apa-apa,

Kami berdua pun berdiri dalam diam selama beberapa waktu.

“..balik ke lobby yuk, disini panas banget, nanti kulit kamu kebakar lagi sas. Yuk.”, ucapnya kemudian memecahkan kesunyian.

Saat ia baru berbalik dan berjalan meninggalkanku, tiba-tiba saja terlontar kata-kata itu dari mulutku. Kata-kata yang sejujurnya selalu kutahan untuk kuucapkan.

“kamu masih suka sama reva kan, sya?”

Sontak saja cia langsung berdiri kaku, mematung.

“kamu masih suka sama dia, dan kamu sejujurnya ga rela kan ngelepas dia buat aku?”

“..ga perlu ditutup-tutupin kok sya. aku tau semuanya. hubungan kamu dan reva di belakang aku, aku juga tau.”, aku tersenyum miris.

Cia langsung berbalik ke arahku lagi dan berusaha menggenggam lenganku, “sas, aku ga–“

Ia menggelengkan kepalanya, “kamu salah paham, sas– aku bener-bener ga–“

Aku menepis tangan cia dengan kasar,

Rasa kesal, sedih, kecewa, semua bercampur jadi satu.

Kukepalkan tanganku yang mulai gemetar karena rasa kalut, “kamu sebetulnya benci kan sya sama aku? Karena kalau bukan karena aku, mungkin yang ada di pelaminan sekarang itu kamu. Yang akan menjadi mrs.revano itu kamu, alicia.. bukan aku.”

Ia menatapku nanar, tapi masih berusaha tersenyum. “sas, buat aku, kamu ini sahabat aku yang berharga.. jadi aku–“

Aku merasa sangat kesal hingga rasanya aku ingin berteriak, aku ingin melempar apapun agar rasa sakit yang selama ini terus berkecamuk di hatiku bisa kukeluarkan semuanya.

Tapi apa daya, aku tidak mampu.  Aku ini, nyatanya hanyalah makhluk yang lemah.

Dengan suara yang sangat lirih, aku berkata, “kenapa sih sya.. kenapa kamu, kenapa reva, kenapa diantara kalian ga ada yang pernah nyoba buat jujur sama aku? Sekali.. sekali aja–”

“–sebetulnya di mata kalian, terutama di mata kamu sya, aku ini apa sih? Sesosok wanita lemah yang ngemis-ngemis rasa cinta dari cintanya yang bertepuk sebelah tangan? atau, ga lebih dari sesosok wanita lemah yang patut untuk dikasihani?”

Tidak ada jawaban. Aku hanya bisa menghela nafas,

“..kalian itu munafik. Dan jujur, aku muak.”

Setelah aku berkata seperti itu, yang kutau adalah baik aku dan cia sama-sama berjalan keluar ke arah jalan raya dengan diselimuti oleh rasa kalut, saat tiba-tiba ada mobil yang melaju kencang  ke arah kami dan dalam hitungan detik akan menghantam kami berdua..

..sampai tangan seseorang menarikku menjauh dan menyelamatkanku dari hantaman maut itu.

Tapi aku tidak perduli dengan siapapun sosok orang yang menyelamatkanku itu. karena nyatanya, yang terpampang dengan jelas di depan mataku hanyalah sosok mereka berdua. Dua orang yang berarti dalam hidupku.

***

Thanks buat yang udah membaca sampai sejauh ini. kalau suka jangan lupa di vote ya :) kalau ga suka, haha boleh protes kritik apapun itu di komentar.

btw di tiap chapter cerita story of us aku selalu nyisipin lagu, sekedar buat menggambarkan gimana situasi di chapter itu aja. selamat mendengarkan.

The Story of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang