RANDRA
Sesuatu berbunyi dengan sangat berisik tepat di samping kupingku.
Aku berusaha untuk mengacuhkan apapun bunyi-bunyian yang nyaring itu, mataku masih terasa berat dan rasanya aku tidak rela membukanya dengan paksa. Tapi bunyi-bunyian itu makin lama makin nyaring bunyinya hingga akhirnya aku tidak tahan lagi dan terpaksa membuka kedua mataku lebar-lebar.
WHAT THE?&@^@*@^!!!
Kupelototi benda apapun yang mengeluarkan bunyi menyebalkan itu.
Benda itu ternyata HANDPHONE-KU. Dan nada buruk itu adalah nada sambung khusus untuk penelepon sedeng. DIDI. Aku melirik jam dinding kamar hotel dengan jengkel.
Seriously, jam 8 pagi?
Aku mengangkatnya dengan sebal, “Lo beneran ga ada kerjaan ya di, nelponin orang JAM 8 PAGI??”, makiku.
Yang di ujung telpon ternyata malah balas memakiku, “JUSTRU KARENA UDAH JAM 8 PAGI MAKANYA GUE NELPONIN LOOOOO BANGKEEEEEEEEE. Kan beberapa hari yang lalu gue udah bilang kalo gue hari ini ke bali!!”, cerocosnya. Buset, kenapa dia malah ngomel kaya nenek-nenek?
Aku berusaha mengingat-ingat, yah.. kalau ga salah kemarinan didi memang meneleponku dan mengatakan kalau ia mau cuti kerja dan liburan 4 hari 3 malam di bali. Mumpung aku sedang disini, katanya.
Aku memijit kepalaku pusing, “ah.. oh iya. Lupa gue.”, jawabku seadanya.
“oke. Ini berhubung gue udah sampe depan kamar hotel lo sekarang, buka pintunya atau putus sudah pertemanan kita, bro.”, katanya lagi, lalu memutus telepon.
Cih. Najis deh si didi.
Aku membuka pintu dengan sebal, tapi ternyata yang di depan pintu malah tersenyum lebar, berbanding terbalik dengan makiannya barusan.
Dengan grasak grusuknya ia langsung menarik kopernya dan memasuki kamar hotelku.
“WOOHOOO BALI !!! GA NYANGKA AKHIRNYA GUE BISA LIBURAN !!! HAHAHAHAHA”, tawanya makin kaya orang sedeng. Aku mengamati penampilannya sambil geleng-geleng kepala. Kemeja motif bunga-bunga, topi, celana pendek, sendal, widih ni orang niat banget ke bali.
“iya, liburan sih liburan.. tapi ga numpang kamar gue juga kali. Mana pagi-pagi udah grasak grusuk gangguin tidur orang.”, cibirku. Ia terkekeh,
“pagi-pagi dari hongkong. yaelah, ndra. kamar gede gini, nambah satu orang ga bikin sempit juga kali. Nambah pahala malah, nyenengin temen. Hidup itu harus saling berbagi, iya gak?”
Aku tertawa kecil. Emang paling bisa nih orang. “iya lah, terserah lo di. Gue masih mau tidur, awas lo ya gangguin gue lagi.”
Didi mengacuhkanku lalu serta merta masuk ke kamar mandi, pasti menjalankan ‘kewajiban’ tiap pagi-nya.
Aku baru saja naik ke kasur berniat melanjutkan tidurku lagi, sampai aku menyadari ada sesuatu yang keras tertutup di balik selimutku.
‘Apaan nih???’, tanyaku heran dalam hati.
Dengan reflek aku langsung menarik selimutku, dan kusadari mulutku menganga lebar melihat apa yang ada di baliknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Us
Roman d'amourRandra Scott Aley, Tasya Syifia Saranindita Putri, Tabitha Alicia Norman, Revano Putra, dan kisah mereka dalam memperjuangkan 'cinta' mereka masing-masing. "To make one person the center of your world is bound to end in disaster. There are too ma...