SASSHIE
TUHAN,
Saat manusia diberikan dua pilihan, kira-kira pilihan yang mana yang akan dipilihnya? Jika ia memilih hanya satu, meskipun keduanya adalah hal penting baginya, apa yang menjadikan sesuatu yang tertinggal itu?
Sebagai orang – yang pada akhirnya merasakan bagaimana rasanya menjadi yang tak terpilih, aku hanya dapat menarik satu kesimpulan. Sesuatu yang tertinggal itu kemudian akan menjadi sesuatu yang 'tidak berharga'.
Tak perduli seberapa banyak kalimat yang terlontar tentang berharga-nya sesuatu itu, ketika akhirnya ia tetap kalah dengan sesuatu yang lainnya, maka apa yang dapat meyakinkannya bahwa itu berharga?
Setidaknya, akhirnya hari ini aku menemukan jawabannya. Bagi Reva, kehadiranku tak ayal adalah tidak berharga jika harus disandingkan dengan Cia, orang terkasihnya. Setidaknya, begitulah apa yang tanpa sadar sudah terpatri dalam hatinya, saat hari ini pada akhirnya ia harus memilih menyelamatkan siapa diantara kami berdua.
Pilihan itu adalah Cia, bukan aku.
Bisa kurasakan lengan randra yang tengah memelukku erat, dan juga rintihannya karena luka goresan yang didapatkannya untuk menyelamatkanku, tapi tanpa daya apapun, yang bisa kulihat hanyalah sosok Reva dan Cia yang ada di ujung sana.
Tanpa sadar air mata sudah mengalir keluar tanpa suara dari pelupuk mataku.
"ah, shit. aspal sialan.", maki randra tertahan sebelum kemudian pandangan matanya beralih padaku, "Sash, lo gapa–"
Ucapannya seketika terhenti. Randra melepaskan pelukannya, dan menuntunku untuk berdiri.
Setelah memastikan bahwa cia baik-baik saja, bisa kurasakan dari sudut mataku sosok reva berlari kecil menghampiri kami.
"Kalian gapapa? Ya Tuhan, untung aku sama randra cepet nyari kalian kesini, kalau ga–", katanya cepat dengan nafas terburu. Aku menundukkan kepalaku agar wajahku tidak terlihat olehnya.
"–Ya Tuhan, untung kamu sama Cia baik-baik aja, sash. Sini coba sash aku periksa–", Tangannya kemudian dengan lembut meraba lenganku, tapi langsung dihentikan oleh randra.
"Rev, sekarang mending lo ikut gue urusin si supir ugal-ugalan itu deh.", ucapnya dingin. Tanpa pikir dua kali, reva langsung mengangguk dan bersama dengan randra berjalan menuju mobil yang terhenti dan menabrak trotoar karena mengerem mendadak itu – mobil yang hampir menabrakku dan cia.
Sementara aku, tanpa sadar sudah melangkah cepat kembali ke kamar hotel, tanpa memperdulikan orang-orang di sekitar yang tengah memanggil namaku dengan cemas – termasuk di antaranya adalah Cia.
PLEASE HOLD YOUR CRY, SASH.. at least, not here..
RANDRA
Jantungku masih berpacu kencang, sementara peluh keringat mengalir dari ujung rambut dan punggungku.
Rasanya baru beberapa saat lalu aku berpapasan dengan randra di lobby hotel. Ia sedang mencari cia, sedangkan aku mencari sosok sasshie.
Saat kami akhirnya melihat mereka berdua di tempat parkir, langsung saja kami menyusul mereka, sampai tiba-tiba saja mereka terlihat berjalan cepat ke arah jalan raya dan kami melihat ada mobil sedan yang melaju kencang dan hampir saja – hampir – menabrak dua wanita itu.
Tanpa berpikir, yang saat itu langsung kulakukan adalah berlari kencang ke arah sasshie, menarik lengannya, lalu memeluknya erat sebelum akhirnya kami sedikit terguling di atas aspal jalan raya.
![](https://img.wattpad.com/cover/8232053-288-k223106.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Us
RomansaRandra Scott Aley, Tasya Syifia Saranindita Putri, Tabitha Alicia Norman, Revano Putra, dan kisah mereka dalam memperjuangkan 'cinta' mereka masing-masing. "To make one person the center of your world is bound to end in disaster. There are too ma...