Chapter Six

132 6 4
                                    

RANDRA

                Mataku mencari-cari cafe pancake yang dikatakan oleh sasshie tadi siang sambil berjalan kaki menyusuri daerah kuta dan legian. Kulirik jam tanganku lagi. Sudah Jam 11 malam. Dan, nice, ga ada kabar apapun dari sasshie. Jadi dia beneran ngambek sama gue? but why? It’s not like i’m her bestfriend, anyway. ajaib banget sih tuh cewek.

                Tapi anehnya.. kenapa juga gue perduli?

                Aku mulai mengetik sms, iseng.

To: Cewek Masam

How’s ur dinner? Delicious?

                Ga berapa lama ada sms masuk,

From: Cewek Masam

It’s not your business, mr.scott aley.

Aku memutar bola mataku dengan jengkel, “bodo amat lah. Bukan siapa-siapa gue juga.”, gumamku pelan sambil menaruh iphoneku di saku.

                Cia yang daritadi berjalan di sampingku melirikku sambil tersenyum kecil, “lagi mikirin apa ndra?”, tanyanya. Lesung pipitnya muncul kalau lagi tersenyum seperti itu dan membuatnya terlihat sangat cantik – apalagi malam ini dia memakai dress bunga-bunga yang tidak kalah cantiknya, tapi entah kenapa sejak melihat kejadian kemarin malam, aku jadi tidak selera membalas senyumnya. Jadi aku hanya menggeleng, sambil menatap ke jalanan,

                “gapapa kok.”, kataku. Matanya menyelidikiku, “kok dingin banget sih ndra jawabnya? Badmood? Kalo lagi ada masalah cerita aja sama aku.. kita kan temen.”, ucapnya penuh perhatian. Aku hanya tersenyum segaris, entah kenapa tak berselera menerima perhatiannya, “I’m okay kok sya..”, kataku lagi, kali ini berjalan agak cepat sehingga tidak harus berjalan beriringan dengannya.

                Uh,oh randra, you’re such a bad boy. Sejujurnya aku merasa bersalah mengacuhkan cia seperti itu. padahal dia itu pernah jadi pacar sekaligus sahabatku, aku juga tau dia itu baik, cantik, cewek idaman banget lah. Tapi yang aku tidak habis pikir, ia disini sebagai EO yang seharusnya mengutamakan kepentingan kliennya, yaitu sasshie – terlepas dari sasshie itu sahabatnya atau bukan, dan seharusnya ia memberikan perhatian penuh pada si mempelai wanita maupun pria kan?

Tapi nyatanya yang terlihat seperti mempelai disini malah si cia dan reva. selama ini, aku perhatikan, cia mengurus semua hal hanya berdua dengan reva. Dan Sasshie si bodoh itu hanya bisa diam meski diacuhkan. Ia malah lebih sering memilih memisahkan diri (atau akhir-akhir ini merecoki aku).

Malam ini pun saat kami semua (aku, cia, reva si brengsek, dan karyawan cia, sentot, adi, dan siska) jalan-jalan malam, lagi-lagi cewek masam itu menghilang entah kemana – well, aku tau sih dia di cafe pancake. Tapi si calon suaminya ini,

Aku melirik reva yang berjalan di belakangku dengan jengah. Bukannya dia mencari tau calon istrinya kemana, dia malah ikut jalan-jalan malam dengan kami. Nempel-nempel mulu lagi sama cia. God’s sake. Dulu gue juga emang kurang perhatian sih sama pacar-pacar gue, tapi ga pernah secuek dan sebrengsek cowok ini juga.

                Drrtt..

Iphoneku bergetar, ada telpon masuk.

                Cewek masam calling

                Tanpa berpikir dua kali, aku menjawab telpon itu keras-keras, sengaja supaya terdengar sama reva, “HEI SASH, KENAPA? KOK NELPON GUE?”,

The Story of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang