RANDRA
Empat hari sudah berlalu sejak hari itu, dan sasshie masih melemparkan pandangan bencinya padaku. GOD’S SAKE ! Bukannya yang seharusnya ia benci itu si reva, calon suaminya yang brengsek itu? kenapa dia malah terus menerus membuatku jengkel? Yang seharusnya melemparkan pandangan benci itu aku. AKU ! Yang sudah dia tampar dua kali !
Dan dalam keadaan seperti ini pun aku masih harus memberi pengarahan gaya padanya. Fu**in hell !
“YANG BENER DONG ! tadi lo bilang gue kurang senyum, sekarang lo bilang gue malah senyum maksa. Katanya lo fotografer professional, kok lo labil banget sih? Lo kira gue ga capek daritadi muter kesana kemari kaya orang bego, terus senyam-senyum kaya orang tolol?”, omelnya lagi untuk yang kesekian kalinya. Hari ini kami sedang melakukan pemotretan di garuda wisnu kencana, tapi meski sudah tiga jam berlalu, aku masih juga belum mendapat foto yang memuaskan. Dan ia menyalahkanku untuk hal itu? AKU? Dia pikir dia doang yang capek, hah? GUE JUGAAA !!!
Aku memijit keningku, pusing. Kalau bisa berteriak, aku benar-benar ingin berteriak sekencang-kencangnya dan pergi dari tempat ini. tapi sayangnya aku profesional, jadi aku tidak bisa.
Reva berusaha menenangkan sasshie, untuk kesekian kalinya, “Sashh, kamu kenapa sih dari kemarin emosian banget? Randra ngomong kaya gitu juga demi foto kita, karena kamu sendiri kan yang bilang, kamu mau dapet foto yang bagus. Sabar dikit dong sayang..”, ucapnya dengan lembut, sambil menepuk-nepuk punggung sasshie. Dan aku mau muntah melihatnya. Cowok ini, aku sudah menjadi saksi bisu two-time nya dengan sasshie maupun cia. Apa dia ga tau, calon istrinya bertingkah semenjengkelkan itu juga kurang lebih karena dia. Dan sekarang dia bertingkah sok gentlemen, wtf. Aku benar-benar ga ngerti apa yang dilihat oleh dua cewek itu dari dirinya. Sementara aku, randra, cowok yang segini ganteng dan baik, malah diacuhkan sama sekali. Terutama oleh cewek bernama sasshie itu. diacuhkan dan dibentak-bentak.
“Kita istirahat dulu.”, kataku dengan malas, lalu berlalu meninggalkan mereka dan mengambil botol air minum di tasku.
Cia menghampiriku sambil tersenyum canggung, “kamu pasti bete ya ‘ndra? Maaf ya..”, katanya khawatir. Aku menggeleng pelan, “that’s okay sya. Aku udah biasa kok. Ga perlu minta maaf, kali.”, bohongku sambil tersenyum. Yeah, mana ada model yang berani bentak-bentak fotografernya. Cuma si cewek masam gendeng itu aja yang melakukannya padaku.
Cia melirik ke arah sasshie dan reva, “aneh.. sasshie biasanya ga pernah begini kok ‘ndra. Semarah apapun dia, dia ga pernah bentak-bentak orang lain. Bahkan saat..”, ia menghentikan ucapannya, lalu menunduk sedih,
“saat?”
Cia menggelengkan kepalanya, lalu tersenyum lagi, “ng, gapapa. Ya pokoknya intinya dia ga pernah kaya gitu sebelumnya.”
Sesaat kami saling terdiam, lalu cia berkata, “ndra.. maaf nih ya sebelumnya kalau aku nanya ini, tapi aku penasaran.. sebenernya kamu sama sasshie kenapa sih? Well.. aku denger dari pegawai hotel, sasshie nampar kamu lagi kemarinan. itu, beneran?”, tanyanya sambil mengernyitkan keningnya. Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal, lalu mengangguk, meskipun menahan malu.
Cowok macam apa yang ditampar cewek yang sama dua kali.
Ia terlihat shock. “ta.. tapi kenapa?”,
Semua gara-gara cowok yang bernama reva itu. cowok yang lo suka, dan si cewek masam itu suka. Dan gara-gara lo juga sih..
Rasanya aku ingin menjawab seperti itu, tapi nyatanya aku hanya terkekeh pelan, tidak tau harus menjawab apa.
Pembicaraan antara aku dan cia pun berakhir disitu, dan aku kembali melanjutkan sesi pemotretanku dengan sasshie dan reva.
Sorenya setelah selesai dari gwk, saat kami sedang menuju salah satu cafe di daerah legian, didi menelponku,

KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of Us
RomanceRandra Scott Aley, Tasya Syifia Saranindita Putri, Tabitha Alicia Norman, Revano Putra, dan kisah mereka dalam memperjuangkan 'cinta' mereka masing-masing. "To make one person the center of your world is bound to end in disaster. There are too ma...