Akhirnya Nara memasuki butik itu dengan rasa dongkol yang masih ada.
"Mbak Nara ya?" tanya pegawai butik itu yang berdiri di depan pintu masuk.
"Iya," jawab Nara dengan ramah,
"Mari Mbak, ikuti saya. Mas Reygan sudah menunggu di dalam," ucap pegawai itu,
Baru saja memasuki butik, Nara sudah terkagum melihat baju-baju rancangan butik itu sendiri.
Gaun-gaun yang sangat indah terpajang rapi di sana. Apa nantinya Nara akan memakai gaun pengantin seperti itu untuk Reygan? Pikir Nara.
________
Reygan yang telah selesai mencoba baju pesanan maminya itu kini sedang duduk menunggu calon tunangannya yang belum selesai mencoba gaunnya. Tunggu, apa? Tunangan? Ah rasanya Reygan masih tidak nyaman dengan kalimat itu.
Tak lama kemudian, Nara keluar dengan gaun pilihan bundanya.
Gaun dengan nuansa emas yang dipadukan dengan detail pernak pernik mutiara. Ukurannya sangat pas di tubuh Nara.
Lista memang tak pernah salah jika berurusan dengan putrinya. Apapun selalu ia pilihkan yang terbaik.Mendengar langkah kaki Nara, Reygan yang tengah mengotak-atik ponselnya pun sontak mengalihkan pandangannya. Kini bola matanya terfokus pada gadis yang berjalan dengan anggun itu.
Reygan akui, Nara memang cantik. Tanpa riasan di wajahnya pun, Nara sudah bisa membuat pertahanan Reygan nyaris hancur.
Si Rey ngapain liatin gue sih, apa ada yang salah ya? _batin Nara,
Nara yang tak nyaman dengan tatapan Reygan itu memilih berdehem seolah memberi kode pada Reygan. Sekaligus menetralkan degup jantungnya yang entah kenapa berdetak lebih kencang.
"Ekhm," dehem Nara,
Idenya untuk membuat Reygan mengalihkan pandangannya berhasil.
Sebenarnya saat ini Reygan sedang salah tingkah karena tertangkap bahasa tengah memperhatikan Nara. Tapi sebisa mungkin ia sembunyikan reaksinya itu dengan wajah kulkas andalannya."Lo ngapain liatin gue kaya gitu sih? Ada yang salah?" ujar Nara pada Reygan kemudian memperhatikan pantulan dirinya dari cermin besar yang terpampang di sebelah tempat duduk Reygan.
"Enggak," jawab Reygan,
"Oh atau lo tersepona ya sama gue," goda Nara,
"Terpesona," koreksi Reygan,
"Iya itu. Ngaku aja kali," tuding Nara,
"Gak usah ge'er," tembal Reygan,
Nara memutar bola matanya seraya dengan tubuhnya yang berbalik arah, bergegas mengganti kembali pakaiannya.
"Gengsi," ucapnya kemudian.🦋🦋🦋
"Assalamualaikum Bunda" Nara membuka pintu rumahnya.
"Waalaikumsalam," sahut sang Bunda dari ruang TV.
Lista yang tadinya asik menonton sinetron kesukaannya, tiba-tiba ingat akan sesuatu. Segera ia menghampiri putri sematawayangnya itu.
"Eh eh, Bunda Kenapa sih? Buru-buru mau kemana?" tanya Nara sembari menghentikan langkahnya karena melihat Lista yang terburu-buru, entah untuk apa.
"Kamu pulang sama siapa?" tanya Lista,
"Rey,"
"Rey nya mana?"
"Udah pulang," jawab Nara,
"Kenapa gak kamu suruh mampir?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Reygana
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] "Cinta memang bukan untuk dipaksa, Tapi cinta bisa datang karena terbiasa." _Ainara Rinza_ Kisah pria tampan yang sangat ramah dan bersahabat, senyumnya yang bisa menghanyutkan para kaum hawa, dan tawanya yang bisa...