|•Reygana 7

2.6K 110 0
                                    

"Alsya? Suruh dia kemari langsung, kenapa harus lewat kamu?" Benar dugaan Nara, ada sesuatu dengan Alsya.

"B-baik Bu, saya panggilkan Alsya." Ah, gara-gara Alsya Nara pun ikut terkena amukan Bu Sita. Dan Nara baru mengetahui jika Bu Sita termasuk macan di sekolah itu.

Sembari menyumpah serapahi Alsya, Nara berjalan menuju pintu perpustakaan untuk menemui si kutu kupret itu.

"Tuh," ujar Nara ketus sembari mengarahkan dagunya kearah Bu Sita.

"Ish lo mah. Gue kira bisa bujukin Bu Sita," gerutu Alsya,

"Alsya!" gertak Bu Sita dengan nada khasnya yang menyeramkan.
Kini Nara dan Alsya berada di ambang pintu perpustakaan, sedangkan Bu Sita berada di mejanya yang terletak didalam perpustakaan yang jaraknya cukup jauh. Tapi anehnya Bu Sita bisa saja mendengar perselisihan antara Nara dan Alsya.

"Udah cepet masuk!" titah Nara

"Ck. Tau gini gua gak ikut aja tadi." Masih saja Alsya menyalahi Nara yang notabene-nya tidak mengerti apa-apa.

Akhirnya dengan terpaksa dan hatinya yang masih dongkol Alsya masuk untuk menghadap Bu Sita. Semoga saja tidak ada hal buruk yang menimpa.

"Permisi Bu. Apa kabar Bu?" Ujar Alsya di depan meja Bu Sita, iya, Alsya sedang berusaha mencairkan suasana.

"Gak usah pura-pura lupa kamu," balas Bu Sita,

Mati gue_batin Alsya.

"Mana buku yang kamu pinjam selama berminggu-minggu?"

"Hah? Emm, itu bu, anu-" entahlah manusia itu harus beralasan apalagi.

"Mau alasan apa lagi kamu?" ujar Bu Sita seolah tau bahwa Alsya sedang memikirkan alasan apa yang harus ia katakan.

"E-engga kok Bu, sebenernya buku nya ketinggalan dirumah Tante saya," ucap Alsya, entah ia jujur atau berbohong.

"Kemarin kamu bilang ada di rumah nenek kamu, sekarang tante, mana yang benar?!" Tidak, Bu Sita tidak bisa segampang itu mempercayai Alsya. Gerak geriknya saja sangat terlihat jika ia berbohong.

"Jadi waktu itu bukunya ada dirumah Nenek saya, terus diambil tante saya buat di jadiin bungkus gorengan-"

"Apa?!" Sontak Bu Sita membelalakkan matanya.

Belum aja gue colok itu mata_gerutu Alsya dalam hati.

"Sabar Bu, saya kan belum selesai cerita," protes Alsya karena ucapan nya terpotong,

"Waktu itu hampir aja bukunya beneran dijadiin bungkus gorengan. Tapi untung saya keburu telpon tante saya, jadi itu buku masih selamat Bu," sambung nya,

"Kamu ngarang cerita kan?" tuding Bu Sita,

"E-engga kok Bu." Mati-matian Alsya meyakinkan Bu Sita. Walaupun sebenarnya ucapan dia hanya bayangan, tidak nyata.

"Yasudah, saya kasih kesempatan kamu untuk mengembalikan buku itu sampai lusa. Kalau lusa masih belum kamu kembalikan, saya akan melayangkan hukuman," tegas Bu Sita yang membuat Alsya bergidik ngeri sendiri. Yaiyalah sendiri, kan jomblo.

"Jangan ada lagi alasan. Mengerti?!"

"Iya Bu," ucap Alsya pasrah,

"Yasudah, silahkan pergi," titah Bu Sita,

"Surat izin nya Bu?" Alsya tau Bu Sita pasti merasa malu sendiri karena sudah dengan lancangnya mengusir Alsya dan melupakan tujuan utamanya. Tapi Alsya sama sekali tidak berniat mempermalukan Bu Sita walaupun hatinya sedang komat kamit merutuki guru dihadapannya itu.

ReyganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang