Awal dari patah hati ialah angan-angan yang terlalu tinggi.
.
.
._________
"NENG NAARAAA," teriak Beni, si pria bertubuh gempal yang berjalan mendekat ke arah meja Nara.
Roman roman nya gak enak nih."Apa lo nang neng nang neng!" Alsya berkacak pinggang didepan meja Nara.
"Sewot amat Bu, gue kan mau ketemu sama Nara yang imut lucu walau tak terlalu tinggi," ucap Beni, dengan menunjukkan deretan gigi nya di akhir kalimat.
"Mau minta bikinin puisi kan lo" ujar Nara dari balik badan Alsya,
"Hehe, tau aja lo," sahut Beni cengengesan,
"Gak bisa. Gue udah ngantri lebih awal, yakan Nar," sambar Alsya,
"Yeh, sesama minta bikinin jangan membuly Sya, gak baik tau," kata Beni dengan nada seolah menceramahi dalam kebenaran,
"Sok sok-an nasehatin gue, idup lo aja belum bener," sahut Alsya,
"Wah,, sembarangan nih bocah, belum tau aja lo," ujar Beni,
"Emang!" Sahut Alsya masih dengan nada jutek nya,
"Hidup gue udah bener. Gue punya pacar tiga, gebetan lima belas, mantan dua puluh lima, calon bini dua puluh satu, apa yang kurang coba tuh" sombong Beni, walaupun itu jauh dari kata BENAR.
"Heh jerapah!, lo halu apa mimpi, cewek yang mau sama lo aja palingan Mbak Sarmi sama si Siti tuh," ujar Alsya,
"Eh enak aj-" ucap Beni terpotong oleh teriakan yang menelusup hingga ke gendang telingan Alsya, Beni, dan mungkin semua murid yang ada di kelas itu,
"STOPP!!" Ya, Nara lah pelakunya.
" - " Entahlah Alsya akan mengucapkan apa yang jelas Nara sudah memotong nya lebih dulu.
"Gue gak bakal pisahin kalian, gue cuma mau bilang kalo gue mau kerjain tugas ini di perpus dan gue gak bakal bikinin kalian puisi. Jadi daripada kalian ribut gak jelas mending kerjain tugas kalian. oke, bye." cerocos Nara, kemudian berjalan meninggalkan kedua makhluk entah berantah itu.
Sudah cukup konsentrasi Nara terganggu, Nara benar benar harus melarikan diri."Lo sih, si Nara jadi pergi tuh," omel Alsya,
"Heh, enak aja salahin gue. lo tuh, dari tadi nyerocos mulu," balas Beni,
"Eh inget ya, cewe gak pernah salah!" Sahut Alsya,
"Serah Sya, serahh." Beni mengacak rambutnya frustasi.
________
Dengan buku di pangkuannya, Nara berjalan dengan santainya di depan koridor kelas menuju perpustakaan. Koridor nampak sepi, hanya ada murid yang melaksanakan pelajaran olahraga di lapangan yang letaknya cukup jauh dari koridor.
Brukk
Oh tidak, ada tubuh kekar yang berlari kecil dari arah berlawanan menubruk tubuh mungil Nara hingga dua buku di pangkuannya terjatuh, untunglah tubuh Nara tidak ikut mencium lantai.
"Sorry." Hanya satu kalimat yang keluar dari pria tampan itu, kemudian ia meraih buku Nara yang berada dilantai dan mengembalikan kepada si pemiliknya. Dalam hitungan detik kedua bola mata mereka saling bertatapan, dan pria itulah yang memutus pandangan nya dengan mengalihkan bola matanya ke arah buku yang di genggaman nya seolah memberi kode agar Nara mengambil buku itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reygana
Teen Fiction[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACA] "Cinta memang bukan untuk dipaksa, Tapi cinta bisa datang karena terbiasa." _Ainara Rinza_ Kisah pria tampan yang sangat ramah dan bersahabat, senyumnya yang bisa menghanyutkan para kaum hawa, dan tawanya yang bisa...