|•Reygana 32

1.6K 66 0
                                    

Toko buku...

Nara menelusuri setiap lorong yang bertenggerkan buku-buku, mencari keberadaan novel yang sejak lama menjadi incarannya.

Nara menyapu pandangannya ke seluruh bagian rak buku.
Dann, itu dia.
Akhirnya novel itu memunculkan dirinya juga. Dengan segera Nara mengambil novel tersebut.
Tapi-
apa-apaan ini? Kenapa novel itu berada di rak paling atas? Tentu itu membuat Nara kesusahan untuk meraihnya.

Ketika Nara sedang berusaha meraih novel keinginannya, tiba-tiba ada tangan kekar yang dengan mudahnya meraih novel itu. Sontak Nara mengalihkan pandangannya kepada si empunya tangan tersebut.

REYGAN?!

Nara tak bisa menutupi wajah kagetnya, mulutnya membentuk huruf O dan alisnya nyaris bertaut menjadi satu.

"Makanya, tumbuh tuh keatas," ucap Reygan sembari menyodorkan novel yang ia raih tadi kepada Nara.

"Sok pahlawan banget," cibir Nara,

"Ya gue sih niatnya mau nolong, tapi kalo gak mau juga tinggal simpan lag-"

"Ehhh, mau lah. Siapa bilang gak mau," tukas Nara,

"Sok jaim," ucap Reygan sembari terkekeh.

"Tadi gue bercanda kali, lo aja baperan," elak Nara,

"Ya ya ya," sahut Reygan dengan wajah datarnya lagi kemudian berlalu begitu saja.

"Permisi Nara cantik, gue duluan ya," ucap Nara menyindir Reygan.

________

Nara sudah selesai membayar beberapa buku yang ia beli. Kini ia sedang berjalan keluar dari toko buku itu.

Tunggu, tapi kenapa Reygan ada di situ? Iya, di motornya yang sedikit menghalangi jalan Nara.

"Permisi Bapak Reygana Anantadiksa," ujar Nara dengan senyum geramnya.

"Mau apa lo?" tanya Reygan,

"Pulang lah. Lo pikir ini jalan nenek moyang lo," jawab Nara,

"Yaudah ayo," ucap Reygan,

Tunggu, kalian tidak lupa kan dengan wajah datar Reygan? Iya, itu masih menjadi ciri khasnya sampai detik ini.

"Apa?" tanya Nara,

"Pulang,"

"Gue pulang sendiri juga gak bakal kesasar kali," sahut Nara

"Gak usah bawel, Bunda lo yang suruh," ujar Reygan,

"Kok bawa-bawa Bunda sih?" kesal Nara

"Ya emang Bunda lo suruh gue jemput lo," jawab Reygan,

Nara diam, bergelut dengan batinnya yang merutuki Reygan dan Bundanya. Kenapa harus dengan Reygan? Kenapa harus minta Reygan yang menjemput Nara?

"Ayo," ujar Reygan yang membuyarkan lamunan Nara.

"Tapi-"

"Gak usah bawel." Reygan memakaikan helm pada Nara. Dan Nara hanya diam tak bergeming. Terkejut dengan perlakuan Reygan yang sama sekali tak ia duga.

"Ayo, malah bengong," gertak Reygan,

"Hah? Ish sabar kali," sahut Nara sembari menetralkan detak jantungnya.

Seperti biasa, Nara dan Reygan hanya diam sepanjang perjalanan. Hanya ada suara deru kendaraan yang berlalu lalang di sana.

Hari sudah mulai malam, sinar senja pun mulai menampakkan dirinya. Ini yang Nara suka. Senja.
Hal indah yang selalu ingin ia lihat. Entah kenapa, bagi Nara langit senja adalah sesuatu yang berharga. Hatinya seakan tenang dan menghangat ketika melihat indahnya langit saat itu.

ReyganaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang