.
.
.Moonbin memiliki ingatan masa lalu yang indah dalam otaknya. Dia beranggapan jika dari seluruh Zahuwirya di rumah itu, dialah yang paling beruntung. Dia mengingat masa lalunya dengan baik karena selalu mendapatkan apa yang dia inginkan.
Kedua orang tuanya menyayanginya, namun sebuah kebakaran harus menelan nyawa kedua orang tuanya ketika dia berumur 10 tahun. Setelah kematian kedua orang tuanya, Moonbin tetap melanjutkan sekolahnya dan bertemu dengan Hongjoong di kelas 6 SD. Dia tak ingat kapan jelasnya dia mulai berteman Seonghwa, dia selalu coba mengingatnya, namun, tetap saja, dia hanya mengingat uluran tangan Seonghwa yang mungkin membantunya untuk berdiri karena jatuh.
•
"Moonbin, bangun, jangan ngebo." Suara Jungwoo dan suara pintu yang diketuk dari luar membangunkan Moonbin dari posisi tidurnya. Dia berjalan ke arah pintu dan membukanya.
"Hari apa ini?" Tanya Moonbin sambil menguap lebar.
"Aku bukan anggota BMKG, aku perawat di rumah sakit." Jawab Jungwoo sambil berjalan menuruni tangga, menuju ke arah dapur. Moonbin mengusap matanya, meregangkan otot ototnya yang kaku dan berjalan mengikuti Jungwoo. Setelah pandangannya jelas karena menabrak dispenser, Moonbin hanya lihat keberadaan Jungwoo dengan baju rapihnya tengah menuangkan susu ke dalam gelas.
"Kok rumah sepi pada kemana?" Tanya Moonbin duduk di kursi meja makan sambil mengambil roti dan setoples nutela."Juyeon kerja, Hongjoong kerja, aku mau otw RS, kamu yang pengangguran tolong bersihkan rumah hari ini." Ucap Jungwoo menyodorkan segelas susu ke arah Moonbin.
"Enak aja manggil gua pengangguran, gua juga kerja, kali." Ucap Moonbin ga terima.
"Dan kebetulan hari ini libur." Lanjut Jungwoo, "nanti aku pulang cepet kok, jadwalku dikit, gaada jaga malam."
"Hmm.." Balas Moonbin dengan pipi menggembung sambil mengunyah rotinya.
Jungwoo ketawa gemas, setelah dengan iseng mencubit hidung Moonbin sampai merah, Jungwoo berlari ke luar rumah karena sang korban kejahilan meneriakinya dengan kata kata yang kurang bisa dimengerti, mengingat mulut pemuda itu sedang penuh oleh roti.
Setelah kepergian Jungwoo, Moonbin menegak habis segelas susu tadi dan bangun dari duduknya untuk mencuci piring dan gelas kotor yang tersisa. Setelahnya dia pergi ke kamar mandi untuk membasuh mukanya—mandinya nanti aja habis bersih bersih biar ga mubazir karena habis bersih bersih pasti keringetan dan kotor lagi kena debu.
Moonbin mulai dari ruang tamu, ruang keluarga, dapur, kamar Juyeon-Jungwoo dan ruang perpustakaan mini rumah itu sebelum menuju ke lantai dua. Kamarnya, kamar Hongjoong beserta studio kecil miliknya, dan terakhir ruangan kecil yang dulunya adalah ruang belajar Seonghwa.
Sambil menghela nafas panjang, dia membuka pintu itu dan menyalakan lampunya. Moonbin tak terkejut dengan betapa berdebunya ruangan kecil yang didominasi oleh rak buku dengan meja belajar kecil yang menghadap ke luar jendela. Bunga aster putih yang dulu Seonghwa rawat dengan sangat tlaten telah mengering dalam potnya,
—Bunga Aster yang malang.. Moonbin yang malang.."
Telinga Moonbin tiba tiba berdenging dan itu membuat pening menyerang kepalanya. Dia bisa mendengar suara Seonghwa ada di sekitar sana, dan akibat pening di kepalanya, dia merasa mual hingga hampir muntah. Moonbin menggelengkan kepalanya, "pasti gua kecapekan.."
—Hwa akan bantu nulis ulang ceritanya, jadi jangan menangis lagi, Moonbin.."
Tubuh Moonbin oleng dan hampir jatuh ke lantai jika sebuah rak buku di belakangnya tak menyediakan tumpuan padanya. Beberapa buku jatuh dari tempatnya, salah satu di antaranya mendarat di atas kepala Moonbin.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Klub 513 | Hidden Chapter | : Hwa!
FanfictionJuyeon : "Jadi kita ber empat dikutuk ama Seonghwa, gitu?" Moonbin : "Gaada yang namanya kutukan, yang ada itu azab Tuhan." Jungwoo : "Manggilnya jangan azab, dong. Karma gitu, biar keren." Hongjoong : "Biar keren nggak, tuh? :D" * Sebuah plot t...