15. Utopia Dalam Anarkisme

3.4K 1K 164
                                    

.
.
.

    Moonbin mengecek ulang nama pengenal rumah dan memastikan jika dia tak salah baca. Tak lama sosok Hongjoong menghampirinya. Ketika tiba, Hongjoong langsung mendongak menatap rumah itu lalu tanpa menunggu apapun, dia segera membuka pagar yang terkait itu dan berjalan masuk.

  "Pintunya dikunci." Ucap Moonbin pada Hongjoong.

    Hongjoong mendengarkan sambil berjalan ke samping rumah. Mereka mendapati adanya jendela di sana. Hongjoong mengambil sebuah bata yang tersusun di tanah dan mendorong Moonbin untuk berdiri di belakangnya sebelum dilemparkannya bata itu ke arah jendela sehingga memecahkan kacanya.

    Moonbin terkejut lalu menatap kanan kiri, berharap tak ada orang yang menangkap basah aksi kriminal ini. Masih dalam keterkejutannya, Moonbin tersadar jika Hongjoong telah memanjat masuk lewat jendela. Moonbin memohon ampun pada Tuhan sebelum ikut masuk dengan hati hati. Khawatir terkena pecahan kaca yang lancip itu.

    Sampai di dalam, ruangan itu terang, Hongjoong telah menyalakan lampunya. Moonbin menatap sekitar dan menyimpulkan jika ini adalah kamar Seonghwa. Dia berkeliling ruangan cukup luas itu, koleksi Gundam Seonghwa tersusun rapi di rak yang telah berdebu.

  "Hongjoong!" Teriak Moonbin namun tak ada jawaban.

  "Hongjoong?" Moonbin kembali memanggil, namun tak ada jawaban. Dia kemudian berjalan keluar kamar Seonghwa.

    Moonbin mengintari lantai dasar dan tak menemukan Hongjoong. Kemudian naik ke lantai dua yang sama sunyi nya. Moonbin langsung shuudzon si Hongjoong ninggalin dia, namun setelah menemukan sosok itu berjongkok di sebuah ruang yang berisi senapan Moonbin langsung istighfar.

    Shuudzonnya berubah jadi kagum dan ngeri melihat banyaknya senapan api yang tertata rapi di dalam ruangan itu. Dominasi senapan jarak jauh, apakah keluarga Seonghwa suka mengoleksi hal hal berbahaya seperti itu? Moonbin memang tak asing dengan pistol atau senapan, hanya saja, mengingat jika keluarga Abhidata hanya seorang rakyat sipil, dia sedikit terkejut.

  "Hongjoong—Jari lu berdarah bego!" Teriak Moonbin panik melihat kuku kuku tangan Hongjoong yang tampak merah dan berdarah. Moonbin ikut berjongkok dan menatap apa yang ada di hadapan Hongjoong.

    Sebuah lubang berbentuk persegi yang berisi sebuah foto bergambar sebuah simbol yang pernah Moonbin pelajari ketika Kuliah, itu simbol Anarki. Tampaknya perlu usaha ekstra membuka tutup lubang itu hingga membuat Hongjoong harus menggunakan kuku kuku jarinya.

  "Kalo omongan gua bener, ini kayaknya emang berhubungan ama pemerintahan." Ucap Hongjoong.
 
"Iya, oke, gua percaya, tapi sebelum lu jelasin pemikiran lu, ini jarinya harus dibersihin dulu. Gua kayaknya punya beberapa plester luka di saku. Berdiri!" Moonbin menarik Hongjoong untuk bangun dan menarik kawannya turun dari lantai dua, menuju wastafel yang ada di dapur. Untung saja air yang keluar masihlah air bersih.

    Sambil sesekali meringis kesakitan, Hongjoong membiarkan Moonbin memotong kukunya yang terkelupas dengan sebuah gunting kecil.

  "Sakit." Ucap Hongjoong sambil menatap jemarinya yang udah di plester, tapi dari nada suaranya ga kedengeran kayak lagi curhat, lebih kedengeran kayak ngasih berita doang.

  "Gausah ngeluh." Balas Moonbin mencuci gunting tadi dan tangannya di wastafel. "Jadi," ucap Moonbin menatap Hongjoong yang duduk di kursi meja makan, "maksudnya berhubungan ama pemerintahan?"

  "Bahaya kalo nebak nebak doang dan jatuhnya malah fitnah. Tapi, yang pasti, Utopia yang mau Seonghwa ciptain di masa lalu kayaknya menganut paham Anarkisme." Ucap Hongjoong.

  "Karena dianggap ancaman bagi negara dengan ideologi Pancasila, pemerintah membunuhnya, begitu? Bukankah berlebihan jika sampai membunuhnya?" Tanya Moonbin.

[✔] Klub 513 | Hidden Chapter | : Hwa! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang