17. Sepanjang Masa

3.6K 1K 176
                                    

.
.
.

    Tiga hari berlalu, mereka belum membuka kotak itu karena sepakat untuk mengembalikan kedamaian mental mereka paska tragedi kemarin. Hari ini, hari Minggu, mereka memberanikan diri untuk membukanya. Keempat Zahuwirya duduk di ruang tamu, mengelilingi kotak merah itu dalam diam.

  "Rasanya baru kemarin Seonghwa nunjukin kotak itu ke gua." Ucap Juyeon.

    Hongjoong ikut tertawa, lalu perlahan membuka kotak itu. Hanya ada satu benda di dalamnya. Sebuah flashdisk. Keempatnya saling tatap, Moonbin berdiri dari duduknya, mengambil laptopnya dan menyambungkan layarnya pada TV. Hongjoong menancapkan flashdisk itu pada laptop dan beberapa saat kemudian, itu terhubung.

    Juyeon membukanya dan isi dari flashdisk itu adalah puluhan—ratusan foto yang tak pernah diunggah di media. Beberapa dokumen yang disembunyikan oleh negara tentang fakta orang orang terpandang yang kasusnya juga skandalnya ditutup berkat uang dan masih banyak lagi. Dokumen yang paling atas berisi surat perjanjian dan catatan Seonghwa tentang apa yang Ayah Sunwoo minta pada Seonghwa, begitu pula perjanjiannya.

    Ayah Sunwoo meminta bantuan pada Seonghwa pada tahun terakhir Seonghwa di bangku SMP, karena ternyata, ayah Sunwoo menganut paham Anarki. Dia berencana melengserkan presiden dan mengambil alih kepala negara, mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi Anarkisme. Mereka baca itu berkas kek ngerasa berdosa banget gitu. Rasanya kek baca aib orang, jadilah mereka tak meneruskan itu.

    Mereka beralih pada file lain, dan mereka terkejut menemukan fakta jika ternyata pemerintah diam diam membunuh semua orang yang diduga terlibat pada gerakan Anarkisme padahal belum diselidiki kebenarannya. Tentu, jika ini sampai bocor ke publik, pemerintah akan dalam masalah yang sangat besar.

    Pantas saja pemerintah mengincar Seonghwa sampai segitunya. Tak kaget karena apa yang sahabatnya ketahui lebih dari cukup, terlalu banyak malah.

  "Lalu kita apakan ini, Hongjoong?" Tanya Jungwoo.

    Hongjoong tersenyum, "pertama, mengembalikan apa yang seharusnya milik orang lain." Hongjoong menancapkan flashdisk lain di laptop itu, memindah file yang berisi aib ayah Sunwoo ke dalamnya.

  "Kita bisa kirimkan ini lewat email atau mengirimnya lewat pos." Ucap Hongjoong, "Sunwoo sudah dewasa, dan dia berhak tau yang sebenarnya."

  "Untuk sisanya, gimana menurut lu, Juy?" Tanya Hongjoong.

  "Bakar aja flashdisk nya. Ga sudi gua nyimpen aibnya orang. Biar malaikat Raqib dan Atid aja yang nyatet amal manusia. Biar Tuhan aja yang tau aib mereka, kita mending ngurusin dosa sendiri." Jelas Juyeon yang tampak sibuk berkemas. Dia akan pergi ke Rusia besok, selama 4 hari, membicarakan masa lalu—katanya.

  "Jangan malu maluin keluarga di negara orang lu, Juy." Pesan Moonbin.

  "Mending lu kerja yang bener biar ga jadi pengangguran." Ucap Juyeon kesal.

  "Ndasmu pengangguran." Ucap Moonbin.

    Jungwoo tertawa, besok dia juga mulai bekerja di Rumah Sakit. Bertemu dengan pasien dan berinteraksi dengan tenaga kesehatan lainnya. Jungwoo merindukan bau khas rumah sakit dan alat alat kesehatan yang sangat akrab dengannya. Jungwoo menoleh pada Hongjoong.

  "Besok kau mulai mengajar juga, kan?" Tanya Jungwoo.

    Hongjoong mengangguk sambil meregangkan ototnya, "setelah beberapa saat merasakan rasanya jadi pengangguran, gua harus bikin pinter anak orang lagi."

  "Alhamdulillah-nya mana, Joong? Lu harusnya bersyukur anak didik lu bandelnya di awal doang. Sekarang udah jadi anak baik baik semua." Ucap Juyeon.

[✔] Klub 513 | Hidden Chapter | : Hwa! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang