05- nyaman

27 15 1
                                    

Abas menyiksa ku dengan melambungkan hati, dengan kemungkinan-kemungkinan yang dipertanyakan, Ia tanpa sengaja membuat teka-teki yang aku harus tebak.

Dinda dan Sonata belakangan ini dekat denganku dan Adila. 'Meriska, nanti pulang bareng kita ya.' Usul dinda yang kuiyakan supaya ingin lebih dekat denganku. Begitupun Abas yang lebih sering curi pandang dan selalu menghiburku.

Namun, ia berubah belakangan ini, ia lebih cenderung diam menjumpai sunyi. Entah Abas sedang kecewa atau Lelah.

Tidak hanya Abas, Sonata pun terlihat resah entah kenapa, kemarin-kemarin Abas sering mengobrol dengan Sonata secara pribadi, entah apa.

Makin kepo saja batin ini. Tidak hanya aku, semua orang pun bertanya-tanya, satu kelas lebih tepatnya, orang seheboh Abas bisa diam membisu.

Tapi orang lain berbeda dengan pemikiran ku. Semenjak Wawa gebetannya yang tidak lagi pernah menyapa, ia pun berubah mendiamkan diri selama tiga hari, saat Abas bersama Wawa pun dia seperti mengejarku.

Itu yang kutanya-tanyakan, mengapa Abas sudah punya Wawa, tetapi dia mengejarku.

Sekali orang lainpun menyadarinya sekaligus meyakinkanku setiap saat. 'Dia kayaknya ngejar lu deh.' Kata Adila.

Kemudian kujawab. 'Iya gua juga tau, tapi gua gaakan mau kalo gua pacaran sama Abas.' Sepenuhnya aku berbohong.

Kita berempat istirahat berbeda seperti hari-hari sebelumnya, hari ini Sonata yang selalu diam tidak seperti biasa dan juga membuat Dinda membujuknya, kalo bukan Dinda pasti Abas.

Istirahat pun selesai dan mulai pembelajaran Kembali, yaitu pelajaran seni. tidak disangka kita di pelajaran seni ini dipertemukan, kita satu kelompok dan Abas dengan inisiatifnya duduk disebelahku dengan muka yang masih kusut.

Kita disuruh bikin drama oleh guru seni. Bukan mengobrol tentang kerja kelompok, kita mengobrolkan hal lain seperti kita mengobrol tentang SMP kita masing-masing dan selebgram.

Kebanyakan cewek-cewek termasuk aku suka terinspirasi oleh selebgram. Abas kenal banyak dengan selebgram, itu membuat obrolan kita semakin asik.

'Eh ini mau bikin drama apa? Gua jago soal drama mah.' Ujar Abas setelah mengobrol asik bersamaku.

Kelompok kita pun berdiskusi untuk mencari tema drama, Abas yang punya banyak cerita mengusulkan kepada kelompok satu-persatu idenya. Satu kelompok pun terbingung karna ide Abas terlalu brilliant dan ceritanya yang cukup cerdas dan sulit dimengerti.

'Masa lu gamau sih ide gua, supaya nilai kita bagus.' kata Abas yang di balas oleh salah satu kelompok. 'Duh bas, itu terlalu susah, yang simple aja.' Tolaknya.

'Oh kalau begitu, mengambil jalan cerita yang sudah ada ya, cerita Hansel dan Gretel aja, tuh cerita simple soalnya.' usul Abas kemudian di setujui oleh satu kelompok.

Kelompok lain masih berdiskusi mencari tema mereka masing-masing, tetapi kita sudah selesai, tinggal buat naskah, properti dan latihan.

Setelah itu kelompok kita bersantai-santai, Abas pun mulai hiperaktif kembali seolah setelah mengobrol asik denganku dia kembali bersinar.

Dia berjalan-jalan ke setiap kelompok untuk menyontek ide-ide tema mereka lalu ia memberi saran tema kepada setiap kelompok, sampai ia kena marah oleh guru dia kembali duduk di sebelahku.

HOMUNCULUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang