06- terdesak

22 15 0
                                    


Seharusnya kala itu aku tidak harus capek karena bertanya-tanya, seolah aku tak kunjung mengerti. Untung saja Dinda dan Sonata yang sekarang sudah akrab, bahkan Adila yang dulu tidak suka dengan Dinda, sekarang Adila sudah nyaman dengan Dinda.

Aku mendapatkan cerita dari Sonata bahwa Abas memang dekat dengan cewek bernama Wawa, Abas dekat sejak dari gugus, tetapi Abas mengakhirinya sejak Minggu kemarin, yang dimana hari itu Abas jatuh cinta kepadaku.

Saat istirahat pertama Sonata masih dengan muka kusutnya cerita tentang Abas dan Wawa, tidak hanya cerita kepadaku saja, Sonata cerita ke kita bertiga, Dinda teman dekatnya saja tidak tahu soal itu.

Untung saja Sonata cerita, jadi aku tahu semuanya. Setelah obrolan penting barusan kita berganti topik.

Padahal hanya dua minggu, kita sudah bersahabat dekat. Kita berempat berencana untuk main setelah libur idul adha di suatu tempat supaya persahabatan kita semakin indah.

Seperti biasa kita berempat duduk sambil berdiskusi rencana untuk main, tapi tidak seperti biasanya, Abas tidak datang ke kursiku. Lalu kita berempat ingin ke kantin karena Dinda yang tidak kenyang-kenyang, sambil berjalan kita masih berdiskusi.

Sambil berjalan Adila pun mengusulkan rumahnya yang dijadikan tempat main. Kita bertiga setuju walaupun rumahnya jauh. Kapan lagi kita main ditempat yang penuh kabut.

Aku yang tidak sabar menunggu hari kita berempat main, aku sejenak melupakan Abas. Entah belakangan ini aku kepikiran dengan Abas, ini semua karna Adila yang selalu meyakinkanku dengan Abas.

Sesampainya di kantin terlihat sosok Abas yang sedang tiduran di kursi kantin dengan Daffa.

'ABAS RESLETING LU ENGGAK KETUTUP!' Jerit kejut Dinda, sambil melihat kearah celana Abas.

'ADUH KOK LU NGELIAT SI!' Ujar Abas sambil menaikan kembali resleting celana nya, untung Abas memakai celana boxer.

'Gua ngingetin lu cangak!' Ujar Dinda. Yang disambung Daffa. 'Ngerakeun sia bas!'

Aku melihat kearah Abas sembari tertawa, setiap hari pasti dia bikin ketawa orang.

Aku yang ingin memesan teh dingin, Abas berdiri dari kursi. 'MBA BELI ES TEH DONG SATU.' Yang di balas oleh ancungan jempol mba-mba kantin.

Abas yang sudah menggenggam es teh nya, memberikannya kepadaku. 'Nih Meriska buat lu.'

Aku terdiam terkejut, Abas dengan sifat dinginnya membelikan es teh kepadaku, sontak yang lain mengejekku.

'CIEEE ABAS UDAH PUNYA YANG BARU, BELIIN BUAT GUA JUGA DONG.' Jerit Dinda menyerupai kuntilanak di yang rambutnya ditarik gunderwo.

'Ih apaansi Dinda malu-maluin.' Bisikku kepada Dinda karena semua orang di kantin ikut heboh, tapi Abas mengabaikan yang lain.

'Iya ya, kan Meriska udah punya Agi hahaha.' Ujar Dinda dengan beraninya ia mengucapkan kata itu di depan Abas, namun Abas tetap mengabaikannya dan dingin.

'Ih apaan sih Din.' Ujarku kepada Dinda. 'Ih Abas buat lu aja.' bisikku tersipu ke Abas sambil melihat sekeliling.

'Gapapa kok, buat lu, gua yang teraktir.' Bisik Abas, yaampun kenapa disaat seperti ini dia dingin.

'Engga ah, buat lu aja, segala neraktir gua, dikira gaada duit apa gua.' Bisikku merasa tidak enak menerimanya

'Ish gapapa Meriska cantik.' lalu Abas pergi meninggalkan es tehnya kepadaku, dia berjalan kearah Sonata untuk membujuknya yang masih bersedih dari kemarin.

HOMUNCULUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang