Abas PoV
'WOY CINA! SEKARANG KERKOM DI RUMAH LU BUKAN?!' seru Adila ketika aku sedang tergesa-gesa bersama Daffa dan Davi, tidak lama Daffa yang satu kelompok dengan kita membalasnya.
'Ahhh ada-ada aja kerkom hari ini! udah hari lain aja ini kita ada hal yang lebih penting dari kerkom!'
'Sttt... Jangan ngomong kayak gitu Daf, nanti mereka penasaran.' Ujar Davi, perlahan.
'Iya Daf diemin aja mereka.' kataku tidak setuju Daffa mengatakan hal tersebut.
Lalu aku bertiga Daffa dan Davi berjalan menuju tangga pojok, tempat semua anak-anak tonggkrongan berbincang.
Di sana ada ketua dari tonggrongan Butan, tonggkrongan sebelah. Ialah Surya, dia sekarang yang bertanggung jawab untuk angkatan kita.
Budaya di setiap sekolah pasti ada pemimpin disetiap angkatan, untuk merangkul anak-anak diangkatannya.
Istilah pemimpin disekolah kita, bisa di bilang leader. Namun sekarang angkatan kita masih netral dan masih diwakili oleh Surya.
Jikalau kerabat-kerabat ku terdahulu tidak keluar dari sekolah Al Muhajirin, mungkin mereka yang menjadi leader.
Faiz, Rifky, Rafli dan Fahadz ialah sosok leader yang cocok, mereka orang-orang yang tidak egois dan orang penuh usaha mengemban amanah yang tak sedikit mereka lalai.
Apa daya lagi mereka sudah punah, calon leader kali ini masih belum ada hanya Surya yang terlalu mencolok.
Dari penampilan dia seperti monyet Bengkulu tapi dari segi kemampuan aku masih buta terhadap sifat Surya kali ini, ini mungkin kesempatan buat menelaah calon leader angkatan kita.
'Stttt gua gamau ngomong panjang lebar, lusa malam angkatan kita ikut turun nyerang sekolah negeri raya bareng abang kelas.' maklumat dari Surya ketika aku baru tiba, memang terlihat angkatan kita sudah lumayan lengkap.
'Emang Abang kelas mau kalo kita ikut campur? Lagian masalahnya kan Abang kelas.' tanya salah satu anak-anak dari kumpulan tersebut.
'Lo gatau!? Sebenarnya gua yang bikin masalah, gua pengen ngeratain aja sekolah Negri raya.' balas Surya sok jagoan, 'Gua udah izin ke salah satu abang kelas katanya boleh, gimana? Dari pada disuruh abang kelas, mending inisiatif sendiri.'
Anak-anak yang sudah selesai mendengarkan penjelasan dari Surya, langsung mengangguk iya.
'Gimana coy, kalo bisa angkatan kita ramein. Kita kumpulin anak-anak, walaupun anak yang bukan nongkrong juga suruh ikut aja.' ujar Surya, aku yang mendengarnya mulai jengkel.
'Surya?' sapaku kepadanya, lalu ia menjawab dengan wajah monyet nya. 'Kenapa Bas?'
'Lu ada izin buat bikin masalah ke sekolah Negri raya?' tanyaku kepada Surya, lalu semuanya terdiam sesaat.
Tidak lama Surya membalas dengan lantang berani. 'Enggak ada. Kan tadi gua bilang gua pengen ngeratain sekolah yang ada di Bogor.'
'Buat apa?' tanyaku kembali. 'kayak yang bisa aja.'
'Ini kesempatan buat angkatan kita Bas prestasi buat di pandang ke angkatan atas.' balas Surya, dengan kata-katanya yang tertata tanpa iq sedikitpun.
'Itu mah kesempatan buat lu jadi tenar! Bukan prestasi namanya, tapi sensasi.' gerutukku kepada Surya, 'Udah lah, gua gamau ikutan.'
'Ayolah Bas ikut, IPA vs IPS lu ikutan masa tawuran lu ga ikutan.' bujuk Surya, lalu aku membalasnya singkat. 'Enggak!'
Moodku sudah memudar ketika berkumpul dengan angkatanku sendiri. Lebih baik aku dari awal tidak ikut kumpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMUNCULUS
Любовные романыWaktu memang selalu berjalan kedepan dan tidak pernah mundur. tapi apa yang terjadi ketika waktu berulang kembali. berkisah Meriska yang baru masuk SMA jatuh hati kepada Abas. Terukir kisah cinta mereka yang penuh warna sampai akhirnya hubungan mere...