16- altaf

4 6 0
                                    

Meriska Pov

Sekarang aku memerankan sebuah sosok yang selalu bikin onar dalam cerita itu, aku merugikan peran orang lain yang sekarang peran sosok itu berpengaruh terhadap peranku juga.

Aku membuat kesalahan yang tidak sengaja, walaupun aku sendiri tidak tahu apa kesalahan yang aku buat kepada Abas.

Hari yang melelahkan sekali, banyak jadwal padat seperti lomba paskibra antar kelas dan juga hari ini jadwal ekskulku ialah PMR.

Aku menunggu hampir satu jam untuk mengikuti PMR bersama teman-teman ekskulku dan juga hadiah yang di tinggalkan Abas di dalam tasku.

Sebelum waktu pulang sekolah Sonata berpesan kepadaku bahwa sekarang Abas sedang marah padaku, dari awal aku tidak menyadarinya tapi sekarang aku mengabadikannya.

Teman-teman ku juga terheran-heran dengan diriku, mereka berbeda hari ini, karena aku sedang menutupi kisah asmaraku dengan berekspresi. Diam seribu bahasa karena merasa bersalah, ingin sekali merasakan lega kembali dari perjalanan yang sesak ini.

Namun keadaan tidak mendukung, aku harus mengikuti ekskul. Aku chat Abas lewat whatsapp tapi dia off data, aku hanya ingin hubungan kita tidak renggang.

'Lu kenapa Meriska? Keliatan enggak sehat.' Kata Farhanah teman satu ekskulku.

Lalu ku balas dengan penuh lesu. 'Gapapa.' sepenuhnya berbohong.

Tidak hanya penyesalan saja yang bisa merubah semua itu, aku harus bertemu dengannya sebentar saja untuk meminta maaf.

'Yang bener? Ikut gua yuk ke luar sekolah. Gua mau jajan di luar.' kata Farhanah lagi.

'Emang mulai apel ekskul jam berapa Far? Sekarang aja udah jam setengah dua.' Ujarku kepada farhanah, terheran-heran.

Lalu Farhanah menjawabnya dengan terburu-buru. 'Jam dua kok. Buruan ih Meriska.' Farhanah langsung menarik tanganku dengan paksa membawaku keluar dari ruangan.

Baru kali ini Farhanah memaksaku, padahal aku sedang berleha-leha termerenung dan juga terheran mengapa hari ini ekskul di mulai begitu lama sampai jam dua, tidak seperti biasanya.

Masih saja pikiran itu bermain di kepalaku sampai-sampai membuahkan ide. Aku dan farhanah pergi keluar sekolah dan kebetulan kita melewati kelas X MIPA 2, tampak sebuah tas Abas yang masih tertinggal di kelas.

Aku tidak mengambil nya, tetapi aku memancing Abas untuk berinisiatif mengabilnya sendiri.

Aku langsung melayangkan ponselku untuk mengabari Abie lewat whatsapp, biasanya Abas dan Abie setiap hari Sabtu dia nongkrong di Babeh.

Abie sesaat mengirim pesan yang panjang setelah aku spam dia, lantas aku buka chat darinya sambil berjalan keluar sekolah ditemani Farhanah dan rasa gelisah.

'Lu bikin masalah mulu sama Abas Riska, dia tadi di Babeh cerita sama gua, lu nyuekin dia pas hari ulang tahunnya dan lu ngebohongin dia buat ketemu Ridwan, padahal Abas enggak berbuat hal-hal yang lu gasuka.' Pesan pertama dari Abie, aku baru menyadarinya.

'Gua udah paksa dia buat ketemu lu barusan, Abas kalau di bohongin dan cemburu pasti marah gajelas.' Pesan kedua Abie, aku mewajarinya karna Abas masih kekanak-kanakan.

Saking gelisahnya, aku bisa berjalan kaki menuju keluar sekolah sambil memainkan ponsel tanpa ada kendala.

'Yaudah suruh dia pergi ke depan gerbang sekolah, sekalian ambil tas dia dan gua mau minta maaf.' Balasku sudah tiba di tempat jajanan, sambil menunggu Farhanah jajan, aku berencana menunggu Abas didepan gerbang hanya sebentar saja untuk meminta maaf.

HOMUNCULUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang