Aku dibonceng oleh Daffa keluar dari parkiran sekolah berbarengan Adila yang membonceng Meriska, mungkin momen akan lebih indah jikalau aku sendiri yang membonceng dia.
Setelah sampai di gerbang sekolah, Adila dan Meriska sempat terhenti karena mencari keberadaan yang lain.
Kelompok kita terdiri dari Daffa, Davi, Dinda, Adila, Sonata, Aqila, Meriska dan aku.
Yang sudah siap hanya Daffa, Adila, Meriska dan aku saja. Sisanya mungkin masih didalam sekolah, entah mengapa mereka berlama-lama disana.
'Mending kita duluan aja Bas, panas nih kelamaan nunggu disini.' rengek Daffa mengelus keringatnya yang menderas.
Aku ragu menuruti Daffa, soalnya aku juga ingin memastikan Meriska dijalan tidak kenapa-napa.
Hampir lima menit kita menunggu di depan gerbang, haripun semakin siang dan panas.
Tidak seperti biasanya teman kelompokku seperti ini, biasanya mereka ingin cepat-cepat pulang, kecuali ketika hujan.
Aku yang sudah muak pun langsung bertanya kepada Meriska yang sedang mengabari teman-temannya lewat ponsel. 'Meriska? Yang lain pada kemana sih?'
Ketika aku bertanya kepada Meriska, sesaat Davi membonceng Sonata keluar dari gerbang dan menghampiri kita, berarti sekarang hanya tersisa Aqila dan Dinda.
'Tinggal Siqil sama Dinda Bas.' kata Meriska, lalu ia bailk bertanya kepada Sonata. 'Dinda dimana Ta?'
'Dinda lagi ngobrol-ngobrol sama Wawa barusan.' jawabnya, tidak biasanya juga Dinda seperti ini, apa yang memotivasi Dinda untuk baikan dengan Wawa.
'Ehhh gua duluan aja kali ya, Davi tau ini kok, dimana rumah gua.' kataku kepada Meriska dan lainnya, mereka pun mengangguk iya.
Aku ingin duluan karena Daffa menunggu lama dan aku juga harus membereskan rumah, menyiapkan makanan untuk kerkom nanti.
Aku juga harus mempersiapkan adik kecilku juga untuk diperlihatkan kepada Meriska, untungnya setelah aku tiba dirumah, Altaf adikku tidak lagi tidur siang.
Selang beberapa menit kemudian Meriska dan yang lainpun tiba di rumahku, aku suruh mereka memarkirkan motornya ke halamanku dan membawa mereka ke rumahku.
Semuanya melamun dan ternganga ketika melihat rumahku yang katanya rumahku ini sama seperti rumah orang-orang China pada dasarnya.
'Hihihi... Rumahnya serba merah benar-benar kayak rumah orang China.' celetuk Adila, terkekeh geli.
'Bas enggak buka warung?' sindir Dinda bernada tinggi, tanpa ia sadari suaranya hampir terdengar sampai dalam rumah.
Aku yang sedikit kesal menyuruh mereka semua segera masuk ke dalam rumah, dan menyudahi guyonan dan candaan mereka.
Ketakutan Meriska mulai bersarang kembali karena ingin memasuki rumahku, Meriska terdiam diambang pintu, menahan jaketku agar tidak tergesa-gesa.
Awalnya Meriska malu dan takut, padahal teman-temannya tidak merasa takut atau malu sedikitpun. Lalu aku paksa, ia pun luluh.
Betapa kagetnya Meriska dan yang lainnya melihat sosok ibundaku yang cantiknya setara bidadari, akan tetapi mereka juga terbingung mengapa ibuku cantik sedangkan anaknya tidak terlalu ganteng.
'Mari masuk, di lantai atas aja ya kerkomnya.' tutur ibuku menyambut ramah kepada tamu rumah ialah teman-temanku.
Kita pun langsung menaiki anak tangga menuju lantai atas dan disitulah kamarku berada, aku meminta mereka kerja kelompok di ruang main dekat dengan kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMUNCULUS
RomanceWaktu memang selalu berjalan kedepan dan tidak pernah mundur. tapi apa yang terjadi ketika waktu berulang kembali. berkisah Meriska yang baru masuk SMA jatuh hati kepada Abas. Terukir kisah cinta mereka yang penuh warna sampai akhirnya hubungan mere...