07- idul adha

21 15 0
                                    


Tiga hari sebelum libur idul adha aku diantar pulang oleh Agi berturut-turut dan tiga hari Abas mulai beda kepadaku. Kesalahanku mengapa aku merespon Agi, sampai aku dan Agi sering chattan walaupun membahas tugas sekolah, tapi Agi jelas pdkt denganku. kini ku merasakan dilema antara merespon Abas dan berhenti merespon siapapun.

Agi yang sudah merasa nyaman kepadaku, lantas ia mengajakku main di chat whatsapp tapi aku menolaknya karna terlalu cepat, mungkin akan terjadi hal yang sama kepada Abas jika dia terlalu awal mengajakku main.

Aku yang sudah mulai nyaman dengan Abas pun menjadi redup. Aku juga ketakutan Dinda dan Sonata memusuhi ku karna dia tidak tahu aku memilih Abas dan berpura-pura dengan Agi.

Aku nggak bisa cerita ini ke siapa-siapa, Aku bercerita ke Adila pasti Adila memilih Abas, jika bercerita ke Dinda dan Sonata, sama saja aku bunuh diri.

Maka aku lebih memilih cerita kepada temanku yang menurutku dia sangat baik, setiap aku salah pasti dia selalu meluruskan dan memberi saran, yaitu Ridwan.

Kita dekat karena kita satu frekuensi, kita selalu berbincang tentang tugas di Whatsapp, sama seperti Agi tapi Ridwan orangnya sangat polos, kebetulan kita satu kelas dan kita sedang ikut pelajaran olahraga.

Saat orang-orang sibuk main futsal di lapangan, bersebelahan dengan Ridwan pun aku mulai menceritakan semua ke Ridwan, syukurlah Ridwan meresponnya dengan baik.

'Jadi lu mau gua milih lu pengen sama Abas atau Agi? Tanya Ridwan setelah kuceritakan masalahku kemarin.

'Gua enggak ada rasa sama Agi, mungkin saja ini, gua kayak lebih milih Abas, tapi karna masalah itu gua jadi bimbang yang tadinya gua udah siap buat Abas jadi engga siap.' Jelasku kepada Ridwan.

'Lu karena apa dulu pengen sama Abas?' tanya Ridwan balik.

'Ya namanya juga cinta, enggak tau lah Ridwan.' Jawabku.

'Aneh amat enggak tau.' Kata Ridwan

'Dia kayaknya sefrekuensi sama gua, dia baik dan juga asik walaupun gua belum sepenuhnya mengenal, cinta dia sebagai sahabat mungkin, gua belum kepikiran sampai jadian.' Jelasku.

Kemudian Ridwan berkata. 'Ya lu harus lebih mengenalnya lebih dekat.'

'Heh Ridwan tugas cewek mah respon terus menelaah, bukan cewek yang nyari tau duluan duluan.'

'Engga ah semua nya harus nyari tau dulu gimana-gimananya.' katanya bernada tinggi seolah apa yang diucap Ridwan benar.

'Iya deh Wan, pokoknya gua nyaman dengan Abas semenjak dia mulai dekat.' Akupun mengalah kepada Ridwan. Tapi semoga bener aja, sebab kata-kata Ridwan tidak pernah salah.

'Menurut gua sih lu sekarang mending nggak usah respon siapa-siapa, gua takut nanti masalah nya makin besar, kita mana tau kan.' Usul Ridwan, membuat ku lebih yakin kepada diriku sendiri untuk tidak main perasaan lagi. Tetapi di benakku paling dalam berpikir mengapa aku selalu meminta pendapat orang lain.

Aku yang merasa janggal kepada diriku sendiri terdiam merenungi mengapa aku selalu mengikuti saran orang lain bukan dari diriku sendiri, ahh ini terakhir kalinya. Atau aku terlalu terbawa batin soal masalah ini.

Tiba-tiba bola futsal yang ditendang oleh Agi dari jauh, dengan kencang bola melayang dan mendarat tepat dikepalaku.

Semua orang pun panik ketika bola itu mengenai kepalaku termasuk Abas. Aku yang menjadi korban merasa sakit di kepala dan pusing, bahkan aku tidak dapat melihat jelas.

HOMUNCULUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang