08- badai

21 15 0
                                    

Pagi menyapa seperti biasa aku berangkat sekolah pagi-pagi melewati jalan tikus dan juga tongkrongan Abas yang belum diketahui apa nama tongkrongan tersebut. Aku berjalan di lorong sekolah menuju kelasku, akupun dibuat terkesima. Aku membulatkan mataku ke sosok orang yang sedang berdiri di depan kelasku, ialah Abas.

Aku kaget melihat Abas datang sepagi itu, biasanya Abas datangnya telat, sekitar jam setengah delapan, sedangkan bel masuk jam tujuh sama seperti Adila yang selalu telat. Tidak hanya itu aku dibuat kaget, aku melihat Abas berdiri sedang mengobrol dengan Wawa, entah apa yang di obrolkannya, mungkin masalah kemarin.

Biasanya Abas menyapaku, tapi kali ini Abas fokus ngobrol dengan Wawa, akupun melewati mereka berdua dengan menundukkan kepalaku lalu aku duduk di kursiku. Kemudian aku menunggu bel masuk ditemani suasana kelas yang kotor karna kemarin tidak ada yang piket, teman-teman kelas juga sibuk dengan tugas yang belum di kerjakan hanya ada satu orang yang piket sambil marah-marah namanya Rahmalia, dia teman sekelas sekaligus teman satu eskul dengan Abas yaitu eskul paskibra.

Akupun memutuskan untuk menyapu kelas berbarengan dengan Rahmalia dengan itu aku bisa melihat Abas dan memastikannya, apakah dia sudah selesai mengobrol. 'Rahma lu sapu bagian belakang, gua bagian depan ya.' Ujarku sambil memegang sapu.

'Iya Meriska.' Balasnya lalu dia mulai menyapu bagian belakang kelas.

Aku mulai menyapu dari sudut ruangan sambil melirik kedepan kelas tetapi tidak ada orang satupun di depan kelas adanya orang-orang yang baru masuk ke kelas termasuk Sonata dan Dinda. mereka beda hari ini, mereka tidak menyapaku tapi aku mengabaikannya sebab pikiranku sedang bingung bertanya-tanya kemana Abas pergi sambil menyapu.

Rahmalia dengan cepat sudah menyapu bagian belakang kelas pun kedepan untuk membuangnya dengan serokan dan setelah itu menghampiriku.

'Meriska udah belum nyapunya?' Tanya Rahmalia.

'Sudah kok.' Jawabku.

Kemudian Rahmalia melihat kearah lantai lalu berkata. 'Kok lu masih nyapu?'

'Gapapa kok.' Jawabku tersipu malu karna pikiranku sedang error memikirkan Abas, dan aku terlihat bodoh di depan Rahmalia dan orang-orang yang baru memasuki kelas.

Tidak lama Rahmalia kembali berbincang dengan ku. 'Meriska, tolong dong kasih tau ke Abas ikut apel eskul, dia soalnya enggak pernah ikut apel eskul.'

'Lah kok jadi gua ma?' Jawabku terbingung sebab kata-kata Rahmalia.

'Lu kan deket sama Abas, tolong dong kasih tau ke dia, dia nurut ke lu doang.' Ujarnya.

'Kata siapa, gua aja deket sama dia baru, chattan juga baru dua hari itu juga jarang.' Balasku ketus.

'Ihh tapi ini penting, coba dulu aja ya Meriska.' Rayu Rahmalia menggenggam erat sapunya dengan kekesalan, yang pasti dia kesal bukan karena ku.

'Iya nanti gua ngomong sama Abas, sekarang lu liat engga Abas kemana?' Tanyaku.

'Dia tadi ngobrol sama Wawa terus Gatau kemana.' Jawabnya. Tidak lama pun Adila masuk ke kelas, menyapaku lalu berkata. 'Meriska, lu piket sekarang?'

Aku pun terdiam melihat kearah Adila, Adila yang sudah datang berarti menandakan sudah bel masuk tapi tidak ada suara bel masuk.

Benar saja, ada guru mata pelajaran jam pertama berjalan menuju kekelas, tapi tidak ada tanda-tanda Abas masuk ke kelas sedangkan tasnya sudah disimpan di kursinya.

Guru itupun masuk ternyata bukan guru mata pelajaran jam pertama, guru yang masuk itu walikelas ku sendiri ialah Bu Sugi.

Bu Sugi dengan tergesa-gesa masuk ke kelas seperti ingin menyampaikan informasi penting. 'Anak-anak hari ini pak Andrinya gamasuk jadi di gantikan oleh ibu, sekalian ada yang mau di informasikan.'

HOMUNCULUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang