Hari ini lebih tepatnya, hari tes di sekolah yang aku tidak minat bernama sekolah Al-muhajirin. Dengan semangat yang belum siap harus terpaksa siap, seperti menyanyi di konser tetapi backsound belum tersetting.
Yang seharusnya waktu tidurku benar terasa kurang waktu tidur, Yang seharusnya sehat pulih terasa sakit melara, Yang seharusnya termotivasi terasa pasrah berserah.
Pagi buta aku menyiapkan seragam, alat tulis dan mental ku. Jam enam pagi sudah harus berangkat bersama ibu sampai setengah tujuh sudah sampai di sekolah.
"MERISKA!? Ayo berangkat, ibu nungguin kamu dari tadi." teriak kakak Novita dari luar kamar.
Yang ku balas dengan anggukan kepalaku, lalu aku berjalan keluar kamar dengan rasa gundah.
Air mataku yang sudah mengering, membuat kedua mataku sedikit bengkak.
Iya aku Meriska seorang wanita, dan seorang wanita pasti cengeng. Kemarin aku semalaman menangisi masalah sekolah.
Mungkin sepele, tapi hati ini berat untuk menerima keputusan orang tua yang tidak mau menyekolahkanku di sekolah negri.
Sedangkan sekolah Al-Muhajirin termasuk sekolah madrasah negeri, Kucoba tuk terima sebagai bentuk pengabdian.
Malam itu Penuh dengan pasrah, ditambah umpatan kakak Novita yang garang. Aku hanya sanjung semangat kini.
Dengan penampilan yang berantakan, aku pun berangkat bersama ibu.
Sifatku juga menjadi judes, ibu menyadarinya, tapi ibu orangnya sabar.
Kita pun berangkat jalan kaki dari rumah ke sekolah Al-muhajirin, karena sekolah itu sangat dekat dari rumah.
Kita hanya perlu melewati jalan tikus yang ibu tunjukan, kita bisa sampai langsung ke sekolah, tanpa melewati jalan raya.
Sepanjang perjalanan ibu cerita tentang masa kecilnya dengan ayah di masa SMA nya, tiada kata bosan dari cerita yang fantastik dari ibu.
dimana ibu cerita, bagaimana bisa ayah satu sekolah dengan ibu, ayah sosok kakak kelas yang bijak dan bagaimana ayah mendekati ibu.
Tak terasa selama bercerita sambil berjalan, kita sudah sampai di sekolah SMA Al-muhajirin, memang kita melewati jalan tikus dan itu dekat sekali jaraknya dari rumah, Dari rumah ke sekolah perlu sekitar sepuluh menit kurang, jika berjalan santai saja. Tetapi pulang dari sekolah kita harus menaiki gocar karna ibu sedang sakit badan.
Aku melayangkan pandang ke sekolah Al-muhajirin. Cat putih yang menguning, Lorong dengan atap yang tebal membuat hawa sejuk dan bayanganku menyatu dengan bayangan atap-atap, parkiran yang tidak terlalu luas, ya beruntung sekolah yang mampu beradaptasi.
"Seleksinya seperti apa bu?" tanyaku kepada ibu dengan rasa penasaran.
"Jam delapan kamu ke kelas yang sudah di bagikan dari staff sekolah, lalu kamu isi tes dari sekolah." jawab ibuku.
Lalu buat apa kita datang pagi buta sementara tes dimulai jam delapan pagi.
Hal-hal saat menunggu tes ialah bosan, karena tidak ada sama sekali seseorang yang ku kenal di sekolah Al-muhairin. Jika ada temanku satu saja disini, aku tidak akan merasa bosan.
Tapi ada yang tidak membuat bosan saat menunggu ialah. Memerhatikan anak-anak di sekolah itu, kebanyakan cowok disitu.
Aku perhatikan satu-satu dan aku menemukan anak yang sama seperti aku. Tidak ada teman, bosan jenuh, seperti tidak ingin sekolah disini. Mungkin bernasib sama seperti aku.
Ia dari tadi memainkan ponselnya sambil foto-foto sekolah, lalu Kembali memainkan jarinya ke layar ponselnya seakan sedang chatting seseorang.
Tiba-tiba mata dia membulat kepadaku, aku langsung membuang muka begitu saja, takut terjadi apa apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMUNCULUS
RomanceWaktu memang selalu berjalan kedepan dan tidak pernah mundur. tapi apa yang terjadi ketika waktu berulang kembali. berkisah Meriska yang baru masuk SMA jatuh hati kepada Abas. Terukir kisah cinta mereka yang penuh warna sampai akhirnya hubungan mere...