Gini.. sebelumnya mau nanya nih.. Author mau namatin satu book. Book ini atau yang satunya "Don't Be Afraid" soalnya biar fokus gitu. Book yang itu tinggal beberapa chap lagi udah selesai. Soalnya book-book baru menunggu.
+.+.+ My Amazing Hybrid +.+.+
Wushhh...
Sebuah pusaran hitam muncul di antara pepohonan. Semakin lama kian membesar, lubang tersebut tak menyedot apapun layaknya di film-film, melainkan memuntahkan dua sosok dari dalamnya.
Brukk..
Brukk..
Kedua sosok tersebut mendarat di rerumputan hingga menimbulkan suara. Situasi di sekitarnya amatlah sepi. Tak ada tanda-tanda seseorang hendak melintas di daerah tersebut. Dikarena kan tempat tersebut jarang terjamah tangan manusia, masyarakat sekitar mengira jika daerah tersebut berhantu hingga enggan melintas ataupun melirik sedikit pun.
"Ugh.."
Salah satu diantara keduanya menggeliat, lenguhan kecil terdengar sayup-sayup. Kedua matanya mengerjap-ngerjap lucu, menyesuaikan penerangan yang masuk ke kornea nya. Ia mengubah posisinya menjadi terduduk. Tangannya bergerak, mengusap-ngusap kelopak matanya.
"Eng.. Junnie dwimana?" Hybrid blasteran itu mengerutkan dahinya. Bibirnya mengerucut saat tahu dirinya berada di tempat yang asing baginya, jauh dari istana megah milik ayahnya. "Hiks.. Junnie twathutt..hikss gelap.." Junnie terisak, menekuk kedua kakinya dan memeluknya. Mengusir hawa dingin yang menghantui.
Tempatnya saat ini begitu jauh dari keramaian hingga hanya sunyilah yang menghiasi daerah tersebut. Junnie mengedarkan pandang ke arah sekitar yang teramat gelap, sinar rembulan pun tak mempan untuk menyinarinya. Beruntung dia memiliki mata kucing yang membantunya melihat dalam kegelapan.
Tiba-tiba suara burung hantu berdendang, membuat Junnie tersentak kaget dan mempererat pelukannya pada kakinya. Dia menelan saliva dengan perasaan gelisah. Tatapan mata waspada selalu dia lemparkan ke sesuatu yang mencurigakan. "Hiks..hikss.. Junnie.. hiks.. huee.."
Srukk..
Sosok yang terbaring di sisi Junnie menggeliat pelan, menggesek dedaunan pohon yang mengering. Tangisan Junnie membuat sosok itu perlahan membuka keuda kelopak matanya yang sedari tadi terpejam damai. Hal pertama yang dilihatnya adalah kegelapan, barulah sinar rembulan yang nampak di pandangannya.
Tubuhnya digerakkan pelan-pelan, ia mengubah posisinya menjadi terduduk. Kedua kelopak matanya terbuka dan menutup, menyesuaikan pencahayaan yang minim. Korneanya mulai terbiasa dengan kondisi kegelapan saat ini.
"Aduh.. kok Obin bisa di si-"
"HUEEE.." Tangis Junnie seketika pecah sembari memeluk tubuh di sampingnya yang hampir limbung. Soobin kelabakan sendiri melihat Junnie menangis tersedu-sedu di dekapannya. Ia membalas pelukan tersebut seraya membisikkan kata-kata penenang. "Ssttt.. jangan menangis...Obin ada di sini.."
Obin ada di sini.
Kalimat itu seolah-olah seperti kata ajaib bagi Junnie. Ia menghentikan tangisnya meskipun masih terisak di pelukan Soobin. "Junnie..hiks..tathut.." cicitnya. Soobin menganggukkan kepalanya, dia mengerti perasaan Junnie, wajar bila adiknya ketakutan karena ini adalah tempat asing untuknya.
Soobin mengecek keadaan Junnie yang berantakan. Mata berkaca0-kaca, hidung memerah, bibir mengerucut, dan rambutnya yang mirip orang bangun tidur. Soobin dapat melihat semua itu karena matanya. Kalian tak lupakan jika Soobin seekor hybrid juga?
"Dah.. yuk bangun... kita cari tahu ini dimana," ajak Soobin sembari berdiri, tak lupa ia membantu Junnie. Setelah itu dirinya termenung seraya mengedarkan padangannya. Tak lama kemudian telinga kelincinya muncul. Bergerak-gerak seperti sebuah antena.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Amazing Hybrid [ Yeonbin ]
Fanfiction[ON GOING] Jika pada dasarnya Hybrid itu penurut. Mengapa Hybrid yang dibeli Yeonjun justru berbeda? Dia tak ada nurut-nurutnya dengan Yeonjun. Hybrid nya nakal, namun luarbiasa. Tingkahnya membuat Yeonjun pusing sendiri. Hybrid nya punya pikiran te...