Part 19 - Mimpi?

728 114 26
                                    


"Yeonjun..."

"Yeonjun..."

"SOOBIN!!" Seru Yeonjun setelah tersadar. Keringat dingin membasahi keningnya. "Enjun mimpi buruk ya?" Suara sosok yang dicemaskan berada di sampingnya saat ini dengan kemeja kebesaran serta celana pendek di atas lutut. Soobin seperti menggodanya. 

Akan tetapi pikirannya saat ini tengah kalut, dia mendekap tubuh Soobin erat. "Kamu nggak hilang, Bin?" Tanyanya sembari menepuk-nepuk pipinya, takutnya itu adalah ilusi. Soobin menggeleng pelan, "Soobin nggak ilang kok."

Yeonjun menganggukkan kepalanya dan mencium seluruh wajah Soobin. "Jangan hilang ya, Bin. Aku sayang kamu." Wajah Soobin seketika memerah, kedua telinga panjangnya bergerak-gerak. Dia membalas pelukan Yeonjun tak kalah erat, "Obin juga sayang Enjun."

"Cukup anjim uwu-uwu-an nya panas woy!!" Seru Hyunjin yang nyelonong masuk. Tak ada tata krama betul. "Keluar lo, Banci perempatan!!" Usir Yeonjun. Hyunjin mengerutkan dahi, "Kok gue dikatain banci sih?"

"Lah lo waktu itu joget-joget alay pake gaun sama riasan. Apa kalau nggak banci?" 

"Kapan?"

Yeonjun termenung sejenak. Dia ingat kok kalau Hyunjin melakukan hal itu, tapi kenapa si empu malah nggak tahu. "Mimpi kali ya?" Tanyanya pada diri sendiri. "Mangkanya Njun, kalau waktunya bangun ya bangun.." Hyunjin menasihati. 

Soobin mengerjapkan matanya lucu, mendengar percakapan keduanya. Tiba-tiba perutnya berteriak keras, semburat merah di pipinya pun muncul. "Hahahaha.. anjir, suaranya kek mau demo rambutan sadako." Hyunjin menertawakan.

"Sejak kapan sadako punya rambutan?"

"Sejak tok dalang meninggal karena nggak jadi kawin sama opah." Hyunjin menjawab asal seraya mengupil, kemudian dia tempelkan di dinding. "Jorok lu anjir," ungkap Yeonjun. Si memble hanya menyengir, ia hendak keluar. Namun na'as, kepalanya terbentur oleh pintu.

BRAK

Yeonjun dan Soobin menahan tawanya. "Anjim, siapa sih yang naruh pintu di sini? Cogam mau lewat jugaan." Hyunjin menggerutu seraya menendang pintu tersebut. "AWW.. Anjim keras, nggak ada pintu yang kek mochi gitu." Lanjutnya.

"Waras nggak sih lo, Njin," celetuk Taehyun yang berada di ambang pintu. "Benda mati kok lu salahin," sambungnya. Yeonjun menggelengkan kepalanya, "Si memble kan emang nggak waras." Dia menambahkan. Hyunjin mencebikkan bibirnya dan mengambil guci yang ada di kamar tersebut. 

Ia melangkah mundur, memberi jarak antara dirinya dengan pintu. Taehyun yang mendeteksi radar nggak normal segera berlari mendekat ke arah Soobin. Hyunjin pun melemparkan gucinya ke pintu.

PYARR

"MONYET LU," umpatnya. Yeonjun meringis, guci itu harganya fantastis. Apalagi guci kuno khas kerajaan. "HEH BIBIR TEBEL, NGAPAIN LO LEMPAR GUCINYA ANJIM!" Teriak Taehyun seraya memeluk erat Soobin. "Gue sebel sama nih pintu, btw lu pendek banget kalau di sandingi sama Soobin," ungkap Hyunjin dengan ledekan di akhir. Sebenarnya itu fakta, kan emang pendek.

"NGACA WOY NGACA!!" Seru Taehyun emosi sembari melempar bantal. Hyunjin berhasil mengelak. Dia kembali meledek dengan tarian ala itiknya. Ia menggoyangkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri dengan wajah komuk yang khas. Yeonjun merasa dejavu, tapi ada yang mengganjal.

Yeonjun merasa hal yang terjadi di mimpinya adalah kenyataan bukan sekedar fantasi atau apalah. Dia ingin memastikan. Ia melompat dari kasur dan berlari mencari Rafael. Yeonjun mengabaikan teriakan Hyunjin dan Taehyun.

Sedangkan Soobin mengekorinya dengan tenang. Yeonjun tahu kalau Soobin mengikutinya. Ia tak masalah. Akhirnya kedua bola matanya menemukan Rafael yang berdiri dengan pandangan sayu di depan tiga gundukan di hadapannya.

My Amazing Hybrid [ Yeonbin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang