Jungkook mengepalkan tangan kanannya, kedua matanya menatap tajam sosok namja di hadapannya. Tangannya terasa gatal ingin rasanya dia meledakkan emosinya. Ia ingin kebenarah segara terungkap. Firasatnya dari awal memang tak enak saat sikap Yeonjun tak seperti biasanya, ah..bukan, tapi Junnie.
"Yeonjun..udah nggak ada.."
Bugh.
Sebuah dorongan kuat membuat tangannya tergerak, menghantamkan pukulannya di pipi namja kelinci yang barusan berucap dengan suara teramat kecil. Namun masih bisa di dengar oleh indra pendengaran Jungkook. "SIALAN LO SOOBIN!" makinya seraya menetralkan deru napasnya yang menggebu-gebu.
Grep.
"Hiks..hikss.. janan pukul Obin hikss.. Taetae nda cuka..hiks," Melihat Soobin yang tersungkur akibat pukulan Jungkook membuat Taehyung langsung berlari dan memeluknya dari belakang. Dia tak mau Soobin terluka, apalagi karena Jungkook.
Mungkin Soobin salah karena tak memberiahukan yang sebenarnya, tapi bila itu demi menjaga perasaan Jungkook, apa itu salah?
Jungkook memejamkan matanya paksa, tangannya dikibaskan di udara. Kemudian membalikkan tubuhnya menghadap Taehyung yang terisak. Dia pun memeluk erat tubuh mungil di depannya, mengelus punggungnya dengan lembut. "Maaf.."
Namjoon yang melihat Soobin tersungkur segera membantunya. Dia sudah menganggap Soobin layaknya anaknya. Sedangkan Junnie hanya mematung dengan tubuh yang bergetar. Matanya nampak berkaca-kaca siap memuntahkan tangisnya.
"Hiks.." Sebuah isakan lolos begitu saja dari bibirnya. Soobin yang meringis kesakitan langsung menoleh, memandang Junnie yang mulai meneteskan air matanya. Soobin pun mendekatinya, kemudian memeluk erat adiknya.
"Hiks..hiks.. huee.. Obin diputhul thalna Junnie hikss.. huee... Junnie mwinta mwaaf hiks.. hue.." Tangis Junnie pecah membuat seisi rumah gelagapan, bingung harus bagaimana, terkecuali Soobin yang perlahan membisikkan kata penenang.
Tangisan Junnie berubah menjadi isakan. Soobin berhasil menenangkan adiknya. Kini Junnie memeluknya erat sembari mendusel di dadanya. Dengkuran halus bergemuruh. Namjoon mengulum senyum melihatnya.
Sementara Jungkook hanya membisu, ia belum bisa menstabilkan emosinya. Pikirannya berkecamuk, hatinya terasa kehilangan. Yeonjun, adik satu-satunya harus merenggang nyawa tanpa diketahui oleh dirinya, dan semua itu karena hybrid kelinci itu.
Seharusnya mereka tidak mengadopsi Soobin jika kejadiannya seperti ini. Namun bila itu takdir yang dituliskan pada sebuah buku. Bagaimana pun cara yang ditempuh untuk menghindarinya, itu semua akan sia-sia.
"Soobin." panggil Jungkook penuh tekanan. Soobin menoleh dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Pergi dari rumah ini." usirnya pada namja kelinci tersebut. Bagaikan di sambar petir. Tubuh Soobin pun bergetar kecil. Ia tak sanggup meninggalkan rumah ini.
Kepalanya menggeleng pelan. Namjoon yang melihatnya, lantas menepuk pundak Jungkook. "Berikan kesempatan, mungkin ada alasan dibalik kematian Yeonjun," sarannya. Jungkook menulikan pendengarannya.
"SOOBIN. PERGI DARI RUMAH SAYA!" bentaknya. Soobin yang sedari tadi membatu pun menganggukkan kepalanya. "Junnie.. di sini saja ya.." katanya seraya mengusap pucuk kepala adiknya.
Junnie menggeleng, "Nda mau!"
Tentu saja dia menolak. Bagaimana pun Soobin nggak boleh pergi. Junnie memegang tangan Soobin erat. Kepalanya terus menggeleng, air matanya terus mengalir tanpa henti. "Nda bol-hiks-leh.. pelgi. Janan hikss.. thalo pelgi. Junnie mau ithutt!" ucapnya.
"Nah. Bawa juga adek mu." Jungkook menimpali dengan tatapan penuh kebencian. Junnie memeluk erat tubuh Soobin. "Ayo..hiks.. pelgi," bisiknya sembari terisak. Soobin mengangguk pelan. Dia menggendong tubuh adiknya dan melangkahkan kakinya menuju pintu keluar.
![](https://img.wattpad.com/cover/228250583-288-k248007.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Amazing Hybrid [ Yeonbin ]
Fanfiction[ON GOING] Jika pada dasarnya Hybrid itu penurut. Mengapa Hybrid yang dibeli Yeonjun justru berbeda? Dia tak ada nurut-nurutnya dengan Yeonjun. Hybrid nya nakal, namun luarbiasa. Tingkahnya membuat Yeonjun pusing sendiri. Hybrid nya punya pikiran te...