Part 15 - Ruang Jenazah

974 139 19
                                    

Istana ini sungguh megah dan luas. Yeonjun dan kedua temannya saja sampai harus diantar ke kamar masing-masing biar nggak tersesat di tempat seluas ini. Soobin dan Rafael yang ikut mengantar ketiganya terus berdebat, meskipun namja kelinci itu yang menyebalkan.

"Obin ngambek sama Lapael."

"Jangan lah bego ah. Ntar gue kasih yupi yang gw simpan. Gimana?" Tawar Rafael alias nyogok makanan. "TUHKAN LAPAEL NYIMPAN YUPI. PELIT NDA BAGI-BAGI OBIN." Teriak Soobin yang suaranya menggema ke seluruh penjuru istana.

"Makanya jangan ngambek." Balas Rafael acuh. "Kalau Obin ngambek. Ruginya apa? Untungnya apa?"

Sementara Yeonjun yang mendengar pertengkaran unfaedah itu hanya menghela napas. Beruntung bukan dia yang ngelayani sikap menyebalkan Soobin. Ada untungnya datang ke sini, bebas dari sikap nyebelin hybrid nya.

"Kalau Obin ngambek ruginya nggak dapat yupi, kalo untungnya dapat yupi." Balas Rafael. Soobin pun membulatkan bibirnya. Hyunjin yang berada di belakang mereka berdua langsung menyikut lengan Taehyun di sebelahnya.

"Paan sih anjink?"

"Selow, jangan ngegas situ." Kata Hyunjin sambil merangkul pundak Taehyun. "Ternyata ada yang lebih bego dari gue." Lanjutnya. Taehyun melirik sinis orang yang tengah merangkulnya. "Setahu gue, orang paling bego natural itu elu." Ujarnya sadis.

Hyunjin tergelak seraya melepaskan rangkulannya. "Mulut kek silet ae lu." Ucapnya yang dibalas tatapan acuh oleh Taehyun. Sementara Yeonjun yang berada paling depan hanya memijat kening saat melihat Soobin menggigit dan menjambak Rafael yang bisanya mengaduh kesakitan. Serta Hyunjin yang menyemangati di belakang keduanya.

Sedangkan Taehyun memilih acuh, lebih baik menge-chat degem nya di dimensi lain. Yeonjun menggelengkan kepala lalu masuk ke salah satu kamar yang ditunjukkan oleh para maid. Betapa terkejutnya dia saat melihat kamarnya seluas ruang tamunya di rumah.

Kedua belah bibirnya mengatup dan terbuka secara berkala saking terpananya. "Ini kamar satu orang?" Tanya Yeonjun pada dirinya sendiri. "Huum, Enjun pakai kamar ini. Terus dua babu ada di kamar sebelah." Sahut Soobin di belakang Yeonjun yang membuat si empu kembali terkejut.

"Jangan kaya setan deh, Bin." Katanya sembari mengelus dada. Untung saja jantungnya nggak lompat keluar terus goyang dumang di lantai. "Hehe.. maaf ya Enjun." Ucap Soobin sembari menyengir. Yeonjun mengernyitkan dahi saat mendengar Soobin memanggil namanya seperti awal ketemu. Dia kira hybrid nya salah sebut saja.

"Heh! Daripada di kamar mending makan-makan, kek orang hobi rebahan aja di sini." Celetuk Hyunjin tiba-tiba nongol mirip dedemit sawah. "Halah, alasan lo. Bilang aja perut lo mau arisan." Sahut Taehyun di belakangnya.

"Perut mau arisan bagaimana ceritanya Nyonya. Taehyun?"

"Gue jadiin getuk sate Hyunjin mau lo?"

"Ampun Nyai Ratu."

Taehyun melotot dan langsung menggeplak kepala Hyunjin. Kalau bisa dia mau buat otak memble jatuh terus diganti sama Odading Mang Oleh. Biar serasa jadi ironmen, kan pinter nggak bego natural kaya Hyunjin.

"Perut arisan tuh, lo makan terus perut lo ngocok-ngocok, yang keluar ampas alami." Timpal Yeonjun saking gemesnya sama kedua temannya. "Lah tai dong." Hyunjin kembali bersuara. "Gue nggak bilang tai, bisa aja kan duit segepok yang keluar." Balas Yeonjun sembari menarik Soobin keluar.

Sementara Soobin yang bingung hanya garuk-garuk kepala. "Bin, ruang makan dimana?" Tanya Yeonjun. "Emm.. lurus, ada pertigaan belok kiri.. terus belok kanan.. lurus lagi, sampe deh."

"Ruang makan?"

"Ruang jenazah."

Seketika raut wajahnya menjadi sedatar triplek. Sementara hybrid kelincinya membalas wajah datar itu dengan tatapan polos. Yeonjun menghela napas, "Jangan marah-marah ntar cepet tua kaya yang baca ff My Amazing Hybrid."

My Amazing Hybrid [ Yeonbin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang