"Va balik yuk," ajak Mita ketika dia melihat jam tangan yang melingkar di pergelangannya. jam sudah menunjukkan pukul 2 sore yang tandanya sebentar lagi bel pulang sekolah akan berbunyi.
Ava menatap mata Mita singkat. dia benar-benar takut untuk pulang saat ini. "lo duluan aja deh kayanya Mit. gue masih pengen disini."
"biasanya lo loh Va yang paling antusias di jam-jam segini kalau udah waktunya mau pulang. kenapa sekarang jadi nggak mau pulang?" tanya Mita yang lupa akan masalah yang menimpa Ava beberapa jam yang lalu.
"emangnya lo nggak bosen apa disini cuma liat-liat tanaman doang?" Mita melihat sekeliling. "udah 2 jam lebih loh kita cuma duduk doang disini. lo nggak capek?"
Ava mengusap air matanya yang kembali menetes. "g-gue bener-bener takut Mit."
"Va. dengerin gue," Mita menatap Ava lekat. rasanya ingin sekali saat ini Mita membunuh Air ketika melihat mata Ava yang sangat sembab. "gue yang bakal bilangin ke orang tua lo. lo nanti pulang sekolah tinggal diem di samping gue."
"gue yang bakal bilang Va. udah lo nggak usah nangis lagi."
"bukan cuma itu Mit.."
"..gue bisa-bisa kena skors lebih lama lagi kalau si Air masih nggak mau masuk," ucap Ava dengan suara serak khas orang habis menangis.
"lah?" Mita mengerutkan keningnya. dia memposisikan tubuhnya menghadap lurus ke Ava "bentar-bentar Va, kok gue jadi aneh gini."
"lo itu sekretaris loh, bukan ketua kelas atau wali kelas. tapi kenapa jadi lo yang punya tanggung jawabnya si Air?" tanya Mita tidak mengerti.
"jadi saat lo di luar tadi, gue di bilangin sama bu Sarah. katanya di sekolah ini emang tanggung jawab terbesar di kelas itu ada di sekretaris kelas. tugas sekretaris kelas itu banyak banget, nggak cuma ngabsen sama nyatet-nyatet aja tapi juga harus bisa mempengaruhi orang-orang yang suka bolos pelajaran maupun bolos sekolah Mit," jelas Ava panjang lebar.
Mita menggelengkan kepalanya pelan. "aneh."
"bukannya kalau yang mempengaruhi orang yang suka bolos itu tugas ketua kelas atau wali kelas ya?" tanya Mita yang langsung di jawab angkatan kedua bahu oleh Ava.
sebenernya Ava juga mempunyai rasa yang sama seperti Mita. baginya sistem ini sangat aneh. kenapa yang kena imbas dari masalah orang-orang bolos harus sekretaris? hubungannya apa? kenapa tidak ketua kelas yang notabenya adalah pemimpin kelas yang artinya harus bisa mengayomi isi kelasnya?
"terus kalau lo nggak berhasil mempengaruhi Air...gimana?" tanya Mita hati-hati.
"gue bakal kena skors lagi. sampai...si Air mau masuk."
"kalau Air nggak mau?"
"ya gue masih kena skorslah," ujar Ava dengan kepala menunduk.
"bukannya apa-apa ya Va, tapi...Air itu jarang masuk sekolah banget sejak SMP," ucap Mita yang sangat tau kebiasaan Air. "dulu aja sampai mau di keluarin dari sekolah saking banyaknya bolos."
"jangan ngada-ngada ya Mit. emangnya lo tau dari mana?" tanya Ava cemas.
"lo lupa kalau gue satu sekolah sama dia? bukan cuma satu sekolah, gue sekelas sama dia kelas 8 sama 9," ujar Mita sedikit jengkel kala mengingat masa-masa dulu saat dia diperbudak oleh Air dan dia menurut saja.
"lo akrab sama dia?" tanya Ava.
"yaa... bisa dibilang akrab sih.."
Ava manggut-manggut mengerti. sedetik kemudian dia terlintas ide di otaknya. Ava tersenyum singkat, dia harus memanfaatkan Mita lagi untuk mempengaruhi Air agar lebih mudah.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAVAIR
Teen Fictionasli aku gabisa bikin deskripsi:) kalau kepo langsung baca aja yaa!!! deskripsi menyusul secepatnyaa gaiss!<3 *20 januari 2021