|19|

6 1 0
                                    

Mita mengambil lem kertas dari tasnya. sejak satu jam yang lalu, dia berada di kamar Ava bersama sang pemilik kamar untuk mencoba membenarkan novel Ava yang rusak tadi pagi.

"susah banget anjir," gerutu Mita.

Ava menghela napas pelan sambil melepaskan novel dari tangannya. "cara lain nggak ada apa Mit? kalau di lem jadinya jelek nanti."

"cara lain ya beli lagi lah."

"novel ini tuh udah langka banget tau ga? kalaupun ada biasanya di toko online atau gramedia yang besar," ujar Ava menatap sedih novelnya.

"yaudah beli online dong Va. tinggal beli kayanya susah banget," ucap Mita.

Ava mendengus pelan. "beli online pengirimannya lama banget tau."

"lo dulu beli ini dimana? dan siapa yang beliin?" tanya Mita menenteng novel yang penampilannya lebih memburuk dari pagi tadi.

"gue sama Mama dulu beli di Surabaya waktu Mama ada pelatihan disana."

"masa iya di Jakarta nggak ada Va? secarakan Jakarta gede anjir."

"ya ada sih Mit, cuma gimana ya...gue udah sayang banget tau sama novel ini," ujar Ava. "novel ini pernah jadi bantal tidurnya kak Azel tau."

Mita melempar bantal yang ada di pangkuannya dan tepat kena wajah Ava membuat Ava meringis. "ih paansih Mit!"

"katanya mau move on!"

"gue udah move on!" seru Ava tak terima.

bibir Mita komat-kamit. "move on apaan tuh yang masih sering halu."

"nggak suka lo kalau gue gagal move on?!" tanya Ava sarkas.

"eh gini Va.." Mita mencari posisi ternyaman di atas karpet lucu milik Ava. dia tengkurap dengan bantal yang ada di dadanya sebagai bantal penyangga. "jujur gue nggak suka kalau lo gagal move on terus-terusan kaya gini."

"lo udah janji sama diri lo sendiri kan 2 tahun yang lalu katanya mau move on dan buka hati buat orang baru, mana buktinya?" tanya Mita mengingatkan kembali ucapan Ava saat kelas 8. "mana janjinya? ini udah hampir 4 tahun loh Va lo sayang banget sama Kak siapa itu namanya lupa.. masa iya nggak dihargai lo tetep maju dan berjuang?"

Ava menyandarkan badannya dengan ranjang sebagai penyangganya. dia mengambil bantal yang tadi Mita lempar untuknya dan dia taruh di pahanya. "gini Mit..gue emang udah janji buat move on. gue juga janji buat buka hati untuk orang baru. tapi.."

"tapi apa?" potong Mita cepat.

Ava menggigit bibir bawahnya. dia menhembuskan nafas pelan lalu melirik Mita sekilas. "tapi hati seseorang kan gak bisa di paksa Mit."

"jadi selama ini lo masih suka sama Kak.."

"Kak Azel," potong Ava cepat karena Mita sering lupa dengan nama Azel. ya maklum lah ya, Mita beda SMP dengan Azel dan Ava.

"iya gue masih suka," lanjut Ava dengan suara yang dikecilkan.

Mita langsung mendudukan dirinya. "hati lo terbuat dari apasih Va? udah ditinggal selingkuh masih aja suka."

"gue kalau udah sayang ya sayang banget Mit."

"sayang boleh Va, tapi ya gak gini juga," ujar Mita menyadarkan. "lo kalau udah gini, namanya udah gak sayang lagi tapi bodoh."

Ava terbelalak dan dengan reflek dia melempar bantal yang ada di pangkuannya kepada Mita. "maksud lo apa bilang gue bodoh?"

"ya itu emang fakta Va. kalau udah tau si cowo gak baik dan lo masih suka bahkan masih ada niatan ngejar, lo berarti udah gak waras Va."

CHAVAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang