Ava menatap jendela yang ada di depannya tanpa kedip. Ava yang biasanya sangat semangat jika tentang makanan, maka tidak berlaku untuk pagi ini. dia tidak ada nafsu makan sedikitpun, bahkan hanya untuk keluar kamar saja rasanya dia sangat malas.
ceklek..
pintu kamar Ava terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya yang berpakaian rapi. dengan senyum yang merekah wanita itu berjalan memasuki kamar Ava dan menghampiri Ava.
Ava tidak bergerak sedikitpun. bahkan untuk menoleh saja Ava tidak melakukannya untuk menyambut mamanya.
Dina, mama Ava memgelus rambut putri kesayangannya dengan lembut. Dina duduk di kasur sebelah Ava. wanita itu tersenyum hangat kala memandang wajah Ava yang sembab dan lelah. Dina tau, pasti Ava semalaman tidak tidur dan menangis terus.
"sayang," ucap Dina halus lalu menggerakkan kepala Ava agar bersandar di pundaknya.
"ma..mama beneran nggak marah sama Ava?" tanya Ava parau.
"Va, kamu kena skors bukan karena kesalahan kamu. jadi buat apa mama marah sayang?"
"papa? abang?"
"papa biar nanti mama yang urus. abang kamu udah biarin aja jangan di kasih tau."
"papa sekarang kemana ma?"
Dina mengecup puncak kepala Ava singkat. "itu di meja makan. dari tadi nungguin kamu buat sarapan bareng."
"kenapa sayang?" Dina menoleh ke arah Ava ketika Ava tiba-tiba menjauhkan kepalanya.
"aku nggak nafsu makan ma," ucap Ava jujur.
"sayang, sarapan itu penting loh. nanti kalau kamu sakit gimana?"
"aku nggak papa."
"Ava, papa sama mama nggak bakal marah sama kamu. ini bukan kesalahan kamu Va."
"tapi nama aku udah jelek di sekolah ma," air mata Ava kembali menetes.
Dina tersenyum menanggapi keluhan Ava. wajar saja Ava terpuruk seperti ini. sejak tk sampai sekarang, baru pertama kali ini Ava terkena skors, apalagi ini bukan karena kesalahannya.
"besok pasti udah baik lagi. Ava kan anak baik," Dina mengelus rambut panjang Ava. "kamu harus semangat sayang. namanya hidup juga pasti ada cobaan."
Ava mengangguk dan tersenyum. ada benarnya juga ucapan Dina. ini adalah salah satu cobaan hidup yang harus Ava lewati dengan semangat. tetapi apakah Ava bisa?
"aku nggak mau makan," ucap Ava pelan namun penuh penekanan.
Dina mengangguk paham lalu dia melirik jam yang melingkar di pergelangannya. pukul setengah 8, batinnya. "yaudah sayang kalau nggak mau, mama nggak maksa kok."
"nanti mama suruh Bibi buat bawa makanan ke sini. jangan lupa dimakan," Dina menoel hidung Ava membuat Ava tersenyum lebar. "jangan sampe kayak pasien-pasien mama dan papa yang perutnya sakit karena telat makan."
Ava memposisikan tangan kanannya seperti hormat menghadap ke Dina yang sudah berdiri di samping nakas. "siap maaa."
Ava meraih tangan Dina dan menciumnya. "yaudah mama sama papa berangkat dulu ya. kamu jangan lupa sarapan pokoknya."
"iyaa. hati-hati."
"byeee."
Ava hanya membalas dengan lambaian tangan lalu tersenyum. dia sangat beruntung mempunyai mama seperti Dina yang sangat pengertian kepada anaknya. meskipun kadang sibuk dan banyak pekerjaan di rumah sakit, Dina pasti selalu menyempatkan waktu untuk anak-anaknya di saat mereka ada masalah dan membutuhkan pencerahan Dina.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHAVAIR
Teen Fictionasli aku gabisa bikin deskripsi:) kalau kepo langsung baca aja yaa!!! deskripsi menyusul secepatnyaa gaiss!<3 *20 januari 2021