|3|

7 2 0
                                    

empat cowok yang sedang duduk beriringan di sofa itu menatap Air yang sedang berbaring di kasurnya. Air benar-benar orang yang tidak punya hati. sudah tau ada orang yang kena imbas akibat ulahnya, dia malah santai-santai bermain game di ponselnya.

"Air lo serius bentar bisa nggak sih?!" omel Dewa yang sejak tadi jenuh dengan sifat Air.

Dewa Mahameru. sahabat sekaligus sepupu Air. dialah satu-satunya orang dari ke4 sahabat Air yang berani mengusik Air saat sedang bermain game.

ketika merasa Air tidak menghiraukannya, Dewa langsung berdiri dan berjalan menghampiri Air. setelah sampai di dekat Air dengan cepat Dewa merampas handphone milik Air dan menyembunyikannya di sakunya.

"sampai kapan lo kaya gini terus?!"

Axel, Deje, dan Eza saling tatap kemudian saling menahan tawa. ekspresi Air kali ini benar-benar lucu. bayangkan saja Air yang biasanya songong kini sangat ketakutan. lihat saja sekarang, dia memeluk guling erat dan tidak berani menatap wajah Dewa.

"mau sampe kapan?" tanya Dewa mengulangi.

Air menghembuskan napas kasar lalu menatap wajah Dewa yang berdiri di samping kanannya. "tanya Bunda gue, gue udah janji mulai sekolah besok."

Dewa menepuk tangannya keras lalu tertawa. "hebat. hebat banget ya lo!"

"hebat banget!" ucap Dewa penuh penekanan yang membuat keadaan ruangan seketika hening dan mencekam. ketiga anak yang tadi menahan tawa kini langsung saling cubit agar sama-sama terdiam.

Air mengangkat sebelah alisnya tanda tidak mengerti. hebat? apanya yang hebat? apakah dengan dia membolos 2 minggu kemarin itu hebat? kalau memang hebat, dia harus ikut bertepuk tangan seperti apa yang dilakukan Dewa barusan.

dengan polos Air bertepuk tangan. "hebat kan gue hahahaha."

Deje, Axel, dan Eza langsung cengo. benar kata Dewa 2 tahun yang lalu saat Air akan di DO dari SMPnya. Air memang bodoh, dia sangat tidak peka dengan keadaan yang ada di sekitarnya.

saat itu di dalam ruangan kepala sekolah, Air bersama Wenda disidang oleh pak kepsek. di luar banyak sekali yang mengintip. termasuk Deje, Dewa, Axel, dan Eza. mereka sangat menghawatirkan bagaimana jika Air akan di keluarkan. tetapi Air? dia didalam malah cengengesan dan sering menjawab omongan pak kepsek tanpa takut. Air sama sekali tidak ada rasa bersalah kepada bundanya yang sedang menangis dan memohon kepada kepala sekolah agar Air tidak di DO.

Dewa mengerutkan keningnya. "kok lo malah tepuk tangan?!" sentaknya.

"kan kata lo gue keren Dew. yaudah apa salahnya kalau gue ikut tepuk tangan?" tanya Air polos lolos membuat Deje, Axel, dan Eza tertawa lagi.

"jangan ketawa!" sentak Dewa langsung membuat ketiga anak itu kucep dan mendelik.

"lo juga Air! harusnya lo ngerasa bersalah bukan malah ikut tepuk tangan!"

"Dew, gue udah bilangkan! gue mulai sekolah besok Dew."

Dewa tersenyum miring. dari tadi dia mengingat ucapan Axel saat di parkiran tadi. Axel bercerita kejadian yang bertabrakan dengan Mita dan Ava. Axel juga menceritakan saat dimana dia melihat wajah Ava yang sangat merah dan sembab. Dewa langsung tau, penyebab cewek itu menangis adalah cowok yang ada di hadapannya ini.

"lo mau sekolah besok?" Air mengangguk menjawab pertanyaan Dewa.

"enak banget ya lo sekolah," Dewa mendudukan dirinya di samping Air. "tanpa mikirin gimana perasaan cewek yang kena skors tadi gara-gara ulah lo?"

"tanpa mikir gimana malunya dia saat nama dia dipasang di mading sekolah?"

"tanpa mikir gimana perasaan malunya saat dia ketemu teman-temannya?"

CHAVAIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang