26. Elephant Breath

6.2K 1.4K 311
                                    

.
.
.

    Setelah Sunwoo mengganti bajunya dengan baju yang bersih, dia dan Jeno bergegas ke Museum Negara. Di dalam taksi, mereka cuma diam menatap keramaian ibu kota. Suasana cukup canggung sebelum Jeno membuka suara, "mereka ga nahan lu?"

  "Mereka siapa?" Tanya Sunwoo ga paham.

  "Orang orang pesantren." Jawab Jeno.

    Sunwoo ketawa, "emang ada yang bisa nahan gua?"

    Jeno ikut tertawa, "ya, siapa tau, kan? Lu udah tau tentang temennya Hyunjin itu?"

  "Malahan gua pingin tanya kalian udah tau kalo Esla bukan nama Hyunjin doang?"

  "Udah, Hyunjin cerita banyak banget."

    Keduanya kembali diam pada pikiran masing masing. Jeno menghela nafas panjang, dan itu mengundang Sunwoo untuk menoleh ke arahnya. Sambil menaikkan alis, Sunwoo menepuk pundak Jeno dengan tatapan bertanya.

  "Gimana kalo kegilaan waktu itu keulang lagi? Tentang mafia yang bakal ngincer dan ngebunuh kita." Ucap Jeno.

  "Lu takut Hyunjin bakal ditugasin bunuh salah satu dari kita?" Tanya Sunwoo.

  "Lu paham banget ama gua."

    Sunwoo tersenyum, sambil menggeleng kecil dan mengusak rambut Jeno, dia berucap, "Jeno, lu tau Umar, kan?"

  "Umar?" Ulang Jeno bingung.

  "Umar Bin Khattab, Khalifah kedua setelah Abu Bakar meninggal dunia. Salah satu sahabat Nabi yang paling setia dan ditakuti kaum Kafir Quraisy karena ketegasan yang beliau miliki." Jelas Sunwoo.

    Jeno mengangguk, dia tak tau banyak memang, tapi dia cukup tau karena bab Khulafaur Rasyidin-lah satu satunya bab mapel PAI yang dia hadiri dalam keadaan sadar, alias pas dia nggak lagi tidur ganteng di dalam kelas.
 
 
  "Setelah masuk pondok, tanpa gua sadarin, gua jatuh hati ama Umar Bin Khattab, dia role model gua banget intinya, um, role model gua setelah Rasulullah pastinya, hehe." Jelas Sunwoo.

  "Karena dia setia ama tegas?" Tanya Jeno.

  "Itu juga alasan gua suka ama dia, tapi, alasan paling utama adalah dia pemberani. Ketika umat Islam berhijrah secara sembunyi sembunyi, Khalifah Umar melakukannya secara terang terangan. Orang Kafir Quraisy tidak berani menghalang halangi jalan beliau, lu tau kenapa?"
   
    Jeno menggeleng.

  "Karena Umar Bin Khattab mengucapkan ini pada mereka, 'Dengarkanlah, saya akan hijrah meninggalkan kota Mekkah. Maka barang siapa yang ingin anaknya menjadi yatim dan istrinya menjadi janda, cegahlah kepergian saya!' percaya ga percaya, pas Ustadz gua cerita itu, gua merinding sampai gabisa tidur. Lu bayangin coba, gua yang bunuhin orang B aja bisa merinding sampai hampir nangis cuma gara gara itu."

    Sunwoo kian menyunggingkan senyum manisnya pada Jeno, "hal hal yang lu khawatirin tadi, itu nggak bakal terjadi dalam pengawasan gua. Jikapun beneran gitu, percaya deh, kita bakal tetep hidup. Kalo ada yang harus mati, itu bukan kita."

  "Terus siapa?"

  "Pemeran Kafir Quraisy, alias Dalangnya."

.
.

    Tak butuh waktu lama sebelum mereka tiba di Museum Negara. Setelah membeli tiket masuk, mereka berkeliling di sana sambil sesekali berhenti untuk mengagumi beberapa lukisan yang dipajang disana. Terutama Sunwoo yang tiba tiba jadi kayak anak kecil, dia narik tangannya Jeno kesana sini, yakin banget si Jeno kalo Sunwoo lupa tujuan mereka kesini.
  
  
  "Sunwoo kita harus nyariin lukisan itu." Ucap Jeno yang mulai capek ngikutin bocah itu.

[✔] Klub 513 | vol.1 | Ep.2 : Miss Me? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang