"Assalamualaikum," salam seorang pemuda yang berdiri di depan rumah Lyra sembari mengetuk pintu.
"Waalaikumsalam," jawab Franda, Mama Lyra, yang membukakan pintu. "Udah sarapan belom, Yan?" tanya Franda yang mempersilakan pemuda itu untuk menunggu di dalam.
Pemuda jangkung itu mengangguk, "udah, tante. Lyra suruh abisin aja dulu sarapannya, Aryan tungguin kok."
"Iyaudah, tunggu sebentar ya, Yan. Lyra baru aja mulai sarapannya," sahut Franda lalu kembali ke meja makan.
"Kak Aryan udah dateng ya, bu?" tanya Lyra begitu sang ibu kembali. Franda hanya mengangguk sebagai jawaban.
Lyra langsung buru-buru mengunyah makanan yang berada di dalam mulutnya. Lalu meneguk segelas air.
"Pelan-pelan, Ra. Kata Aryan kamu abisin dulu sarapannya," ujar Franda memperingati putri sulungnya.
"Nanti kesiangan, bu."
"Nggak kesiangan, Ra. Ini masih jam 7 masih cukup buat lo abisin sarapannya," sahut Aryan yang tiba-tiba datang ke meja makan.
"Jangan heran sama kakak gue, kak. Udah biasa gitu kan?" timpal Lian yang baru keluar dari kamarnya.
"Ikut aja anak kecil," sahut Lyra mencibir pada sang adik. "Aku udah selesai, bu, aku berangkat ya," pamitnya dan mencium tangan sang ibu.
Aryan pun melakukan hal yang sama. "Berangkat ya, tante."
"Hati-hati ya!"
***
Aryan dan Lyra sudah sampai di parkiran sekolah. Aryan melepaskan helmnya begitu pula dengan Lyra. Gadis itu mengatur rambutnya dengan berkaca di spion motor Aryan.
"Nanti gue ada bimbel, lo mau nunggu atau mau dijemput Lian?" tanya Aryan, tangannya menerima helm Lyra dan meletakkannya.
Lyra bersikap tak acuh. Aryan selalu saja begini, tak memberinya kesempatan untuk pulang sendiri. Jika Lyra tak mau menunggunya, pemuda itu akan langsung menelpon Lian untuk menjemput kakaknya. Kadang Lian misuh-misuh tak jelas, tapi tak bisa membantah perintah Aryan.
Padahal Aryan ini bukan kakak kandung Lyra dan Lian. Namun, Aryan selalu menganggap keduanya seperti adiknya sendiri yang harus ia jaga dengan hati-hati.
"Jadi gimana?" tanya pemuda itu memastikan.
"Liat nanti deh," sahut Lyra.
Aryan memandangnya sejenak, "yaudah sana ke kelas," perintahnya yang tentu saja Lyra turuti.
Gadis itu berjalan di koridor menuju kelasnya. Otaknya masih berpikir, pulang sekolah nanti menunggu Aryan atau dijemput Lian ya enaknya?
"Ssttt!"
"Cewek!"
Lyra menghentikan langkahnya mendengar bisikan itu. Ia menoleh ke belakang, tapi tak menemukan siapa pun.
"Orangnya disini, bukan di belakang," ujar Pradit yang tiba-tiba muncul di depan Lyra. Hal itu membuat Lyra memekik kaget.
Gadis itu mendelik, menatap Pradit was-was. "Kamu jail banget, sih. Kalo aku jantungan gimana?" ujar Lyra mengomel.
Pradit mendengus keras. Membalas tatapan Lyra. "Liat pacarnya kayak liat setan," balasnya sewot.
Lyra melengos, memperhatikan sekeliling. "Kalo Kak Aryan liat gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Melangkah Tanpamu
Teen Fiction(Spin off Ketika Senja Menuju Fajar) Kesendirian. Mungkin bagi sebagian orang adalah hal yang menyedihkan. Tetapi, bagi sebagian orang lainnya adalah ketenangan. *** Pradit tersenyum lembut. Tangannya mengangkat dagu Lyra. Lyra berusaha membalas tat...