Pundak Lyra terasa sangat pegal. Rasanya ingin menghempaskan dua kepala yang sedang bersandar nyaman pada pundaknya. Hal itu membuat Lyra geram dan menghela nafas kuat.
"Kalian berdua bisa minggir dulu nggak?" geram Lyra tak tahan lagi. "Sumpah ini pundak aku rasanya mau lepas."
"Lebay banget," sahut Lian tak acuh masih fokus pada layar televisi.
"Lian aja yang suruh pergi. Aku kan mau kangen-kangenan sama kamu, yang," ucap Pradit yang langsung membuat Lian merengut.
"Bang, nggak boleh gitu sama adik ipar. Barengan dong jangan pelit."
Pradit menghela nafas panjang. "Gue di sekolah udah backstreet, please kali ini jangan ganggu gue pacaran," katanya dengan wajah memelas.
Lyra sempat tertegun dan jadi merasa bersalah sekarang. Raut wajahnya berubah sendu.
"Ya siapa suruh backstreet?"
"Lo mending diem!" ancam Lyra membuat Lian langsung mengatupkan bibir tak jadi melanjutkan kalimat yang sebelumnya akan keluar kembali dari mulutnya.
"Kamu mau udahan?" suara Lyra kini melembut.
Namun, kalimat yang keluar dari mulutnya membuat Pradit dan juga Lian tersentak kaget hingga keduanya menegakkan kepala.
"Yang, kok ngomongnya gitu?"
"Hah? Gitu gimana?"
"Nggak ada angin, nggak ada ujan tiba-tiba minta udahan. Shock berat anak orang lo buat, kak."
Lyra mengerutkan kening hingga alisnya ikut merengut. "Ya dari pada capek pacaran diem-diem gini," ujar Lyra.
"Jangan bercanda, yang! Kita udah sepakat loh mau go publik kalo kamu udah siap. Kamu jangan seenaknya minta putus gitu aja," ucap Pradit kini dengan raut wajah yang serius.
"Loh siapa yang minta putus?" tanya Lyra heran.
"HAH???" pekik Pradit dan Lian bersamaan.
"Itu tadi lo bilang udahan gimana maksudnya?"
"Maksudnya itu udahan backstreet," jelas Lyra.
Pradit langsung menghela nafas lega mendengarnya. "Kamu udah siap memangnya? Terus gimana sama kakak-kakak kamu itu?"
"Ya kamu lah yang ngomong sama mereka," sahut Lyra cepat.
"O-oke."
"Lo takut ya, bang?" tuding Lian ketika melihat wajah Pradit yang seperti berpikir keras.
"Ya nggaklah."
Lian berdehem pelan sembari membenahi duduknya. "Gini ya, alesan lo berdua untuk backstreet tuh memang udah nggak ada lagi sebenernya. Kak Fandi sama Kak Fadia udah baik-baik aja sekarang, malah berteman baik kayak dulu," Lian menjeda kalimatnya untuk mengambil nafas.
"Terus image lo di sekolah menurut gue bukan masalah besar. Kak Aryan sama Kak Fandi anak IPS juga yang lumayan deket sama lo, jadi kemungkinan bakal tetep dukung lo karena mereka kenal lo. Dan yang lain gue rasa nggak ada masalah selagi Kak Lyra bahagia," lanjutnya dengan raut wajah yang serius.
"Karena mereka kenal gue itu justru buat gue makin takut ditolak, Yan," ujar Pradit membuka suara.
"Kalo lo memang cowok berengsek, pasti orang pertama yang nggak setuju sama hubungan kalian itu Kak Fandi."
"Dih, dia aja berengsek," cibir Lyra.
"Kak Fandi memang berengsek, tapi dia nggak mau lo kenal sama cowok berengsek juga," sahut Lian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melangkah Tanpamu
Teen Fiction(Spin off Ketika Senja Menuju Fajar) Kesendirian. Mungkin bagi sebagian orang adalah hal yang menyedihkan. Tetapi, bagi sebagian orang lainnya adalah ketenangan. *** Pradit tersenyum lembut. Tangannya mengangkat dagu Lyra. Lyra berusaha membalas tat...