Lyra keluar dari ruangan ibunya dan langsung menghampiri Pradit yang sedang duduk menunggu di salah satu meja. Gadis itu meminta maaf pada Pradit karena sudah membuat pemuda itu menunggu terlalu lama.
"Lama ya nunggunya?" tanya Lyra membuat Pradit hanya mengedikkan bahu malas.
Pradit sudah menunggu Lyra selama 1 jam. Dan cewek itu cuma bilang..
"Ya ampun, maaf ya," ucap Lyra setengah merengek pada pemuda itu. Dengan bibir yang sedikit dimajukan. Membuat gadis itu jadi menggemaskan di mata Pradit.
Pradit mendesah panjang dan luluh seketika. Hatinya langsung saja melunak mendengar rengekan manja dari kekasihnya. Ia tidak tega marah terlalu lama dengan Lyra-nya itu. Pradit sudah jadi bucin akut kalau menyangkut Lyra.
Pemuda itu menyuruh Lyra untuk duduk di kursi kosong tepat dihadapannya. Lyra menurut dan mendudukkan diri di kursi itu.
Lyra tersenyum sambil memandang Pradit. "Aku mau kenalin kamu ke seseorang, tapi barusan dia ngabarin kalo nggak bisa ketemu disini," ujar Lyra memberitau sambil membuka ponselnya.
Lyra memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas selempang kecil yang ia gunakan. Lalu kembali menatap Pradit yang menyesap minumannya dengan tenang.
"Jadi sekarang kita mau kemana?"
Lyra melipat kedua tangannya di atas meja. "Kita ke rumah aku, nanti aku kenalin kalian di rumah aja."
"Kamu serius, Ra?" Lyra mengangguk yakin dengan semangat. Ia tidak akan menunda lagi. Dan juga ini menjadi salah satu pembuktian kalau ia baik-baik saja saat nanti ayah dan ibunya bercerai.
Bukan menjadi masalah bagi Pradit kalau kali ini Lyra mengajaknya ke rumah. Bahkan pemuda itu sangat senang kali ini Lyra dengan senang hati mengajaknya berkunjung ke rumah gadis itu. Tapi yang membuat Pradit canggung adalah keadaan keluarga gadis itu.
Yang Pradit tau keluarga Lyra sedang tidak baik-baik saja. Kalau Pradit kesana disaat-saat seperti ini apakah..
Tidak apa-apa?
***
Lian sampai di depan rumah Adisa sambil merutuki Teresa dalam hati. Pemuda itu membuka helmnya dan masuk ke dalam rumah dengan mengucapkan salam.
"Masuk, Yan. Mau jemput Teresa ya?" sahut Rain, Mama Adisa, menyambut Lian dari dalam rumah.
Lian mengangguk, lalu masuk ke dalam mendekati Rain yang sedang memotong buah mangga untuk si bungsu yang sedang asik menonton kartun kesukaannya di televisi.
"Udah ditawarin Om El buat anterin dia pulang, tapi dia nggak mau. Katanya sama kamu aja pulangnya."
Lian mendengus tak habis pikir dengan gadis bernama Teresa itu. "Emang gitu tante, sukanya nyusahin orang," timpal Lian.
"Heh, siapa yang lo bilang nyusahin?"
Lian dan Rain langsung menoleh pada sumber suara. Adisa dan juga Teresa yang baru keluar dari kamarnya. Dengan langkah angkuhnya Teresa berjalan mendekati Lian yang mendumel kesal.
"Lo lah siapa lagi emangnya?" sahut Lian jadi sewot.
Teresa mendelik kecil tak terima. Kemudian menatap pemuda itu dengan sinis. "Ayo, pulang!"
Teresa lalu menghampiri Rain dan menyalami tantenya itu dengan sopan. "Tante, aku pulang ya," pamit Teresa lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Lian yang masih menatapnya sengit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melangkah Tanpamu
Teen Fiction(Spin off Ketika Senja Menuju Fajar) Kesendirian. Mungkin bagi sebagian orang adalah hal yang menyedihkan. Tetapi, bagi sebagian orang lainnya adalah ketenangan. *** Pradit tersenyum lembut. Tangannya mengangkat dagu Lyra. Lyra berusaha membalas tat...