Lyra membuka matanya secara perlahan, lalu menoleh ke sampingnya dan mendapati Fadia yang masih tertidur pulas.
Gadis itu mendudukan diri, memegangi kepalanya yang terasa pusing akibat tidur terlalu malam atau bahkan bisa dikatakan tidur terlalu pagi mungkin. Tangannya meraba tempat tidur untuk menemukan ponselnya yang dari semalam tak ia sentuh karena terus saja menenangkan Fadia.
Saat ia membuka ponselnya, tentu saja ada banyak pesan masuk dari sang pacar. Bahkan Pradit terus menelponnya semalam.
Pradit : Sayang
Pradit : Rame ya disana?
Pradit : Sayang
Pradit : Bales dong
Pradit : Sibuk banget ya?
Pradit : Lagi ngapain sih?
Pradit : Yaudah kalo emang lagi sibuk, aku keluar ya sayang? Gapapa kan?
Pradit : Sayang aku udah di luar nih
Pradit : Kok gak bales sih sayang?
Pradit : Sayang angkat dong
Pradit : Kamu kemana sih?
Pradit : Jangan buat aku khawatir
Pradit : Lyra
Pradit : Oh iya disana ada Aryan sama Diego yang jaga kamu
Pradit : Sorry kalo aku ganggu malem minggu kamu sama mereka
Pradit : Have fun, ya.
Lyra menghela nafas berat jadi merasa bersalah pada Pradit. Namun, saat akan mendial nomor Pradit tiba-tiba Fadia terbangun. Lyra jadi mengurungkan niatnya dan kembali mengabaikan ponselnya.
"Lo mau gue buatin teh, kak?"
Fadia menggeleng, "nggak usah, nyokap gue udah nyuruh pulang sekarang."
"Pulang? Sepagi ini? Ada apa?" tanya Lyra heran.
Fadia hanya menggedikan bahu tak tau.
"Yaudah, lo siap-siap aja, biar nanti gue minta Kak Aryan anterin lo pulang."
"Nggak perlu, Aa udah di jalan jemput gue," tolak Fadia.
Lyra mengangguk mengerti, "oke, gue ke dapur dulu kalo gitu mau buat sarapan," ujarnya lalu beranjak meninggalkan Fadia sendiri di kamar.
***
Lyra mencoba memejamkan mata setelah merebahkan tubuhnya beberapa saat lalu. Pesannya tidak dibalas dan telponnya pun tidak diangkat oleh Pradit. Pemuda itu marah dan Lyra benar-benar merasa bersalah sekarang.
Menemui Pradit saat ini bukanlah pilihan yang tepat. Memangnya akan memberi alasan apa Lyra pada keluarganya saat keluar nanti? Sangat tidak mungkin jika Lyra izin untuk keluar dengan teman-teman kelasnya. Karena Lyra tak sedekat itu dengan mereka.
Kalau harus menunggu hari esok Lyra sangat tidak tahan. Pradit sudah mendiamkannya sejak tadi. Lalu harus bagaimana ini?
Suara ketukan pintu membuat Lyra menghela nafas lelah. Tak lama kemudian sang pengetuk masuk dengan izin Lyra.
"Ayah sama ibu mau keluar. Lo mau ikut atau nggak?"
Suasana hati Lyra sedang kurang baik. Rasanya ia hanya ingin rebahan seharian ini untuk menghabiskan akhir pekan yang amat sangat membosankan. Namun, tak ada salahnya juga jika ia merefresh otaknya agar segar kembali. Lumayan juga jalan-jalan sekaligus minta dibelikan ini itu oleh ayah tercinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melangkah Tanpamu
Teen Fiction(Spin off Ketika Senja Menuju Fajar) Kesendirian. Mungkin bagi sebagian orang adalah hal yang menyedihkan. Tetapi, bagi sebagian orang lainnya adalah ketenangan. *** Pradit tersenyum lembut. Tangannya mengangkat dagu Lyra. Lyra berusaha membalas tat...