Part 08 - Patahnya Hati Anak Perempuan

12 1 0
                                    

Aryan yang ada jam tambahan harus menemui Lyra terlebih dahulu. Kini pemuda tampan itu menghampiri Lyra yang tengah menunggunya di depan kelas dekat parkiran.

"Ra.." panggilnya membuat Lyra otomatis menoleh.

"Hari ini pulang sama Lian dulu ya, gue masih bimbel. Takutnya lo kelamaan nunggu."

Lyra mengangkat alis, "hm?" lalu berdehem kecil, "nggak papa, kak. Gue tungguin sampe lo selesai bimbel."

Tentu saja dengan alasan kuat Lyra ingin menunggu Aryan hingga bimbelnya selesai. Apa lagi kalau bukan menghabiskan waktu dengan Praditya seperti yang biasa ia lakukan beberapa bulan ini?

Karena hanya dengan cara itulah Lyra bisa bertemu dan menghabiskan waktu dengan Pradit walau sebentar saja.

"Gue udah chat Lian untuk jemput lo. Tunggu aja di depan!" ujar Aryan memberitau. Membuat Lyra berseru kecewa dalam hati.

"Oh.. yaudah deh," sahutnya dengan lirih sambil menganggukan kepalanya tak minat.

Aryan kembali ke kelas begitu juga Lyra yang berjalan ke depan untuk menunggu adiknya menjemput.

Dan benar saja, di depan gerbang sekolah sudah ada Lian dengan motornya setia menunggu.

"Lama banget sih," omel pemuda itu menggerutu dengan bibir yang mengerucut sebal.

"Ya sabar kali, jalan ke depan butuh waktu dan tenaga," balas Lyra mendengus.

Lian mencebik, "tau gitu gue jemput aja sekalian ke depan kelas lo tadi."

Lyra mendelik, tangannya melayangkan pukulan keras pada kepala Lian yang sudah memakai helm. Hingga Lian mengaduh sakit dan mendelik tak terima.

"Ibu udah pulang?" tanya Lyra saat Lian mulai melajukan motornya.

"Belom."

"Sebenernya ibu kemana sih?"

"Kemarin kan dia bilang mau cek cabang resto. Lo gimana sih masa gitu aja lupa?" sahut Lian.

"Kenapa harus ibu yang pergi? Kan disana ada Mang Putra sama Teteh," gerutu Lyra mengeluh. "Lagi pula ini bisnis keluarga yang bisa ditangani sama mereka juga, nggak mesti ibu yang turun tangan langsung kesana."

"Ya siapa tau ada hal penting yang memang butuh ibu," ujar Lian tetap berpikir positif.

Begitu sampai di rumah, mobil Faren sudah terparkir di depan garasi. Lyra dan Lian saling pandang dan heran. Perasaan baru kemarin ayahnya berangkat kerja seperti biasa. Mengapa hari ini sudah pulang?

Cetarrrr....

Suara gaduh dari dalam rumah kembali mengalihkan perhatian keduanya.

"TEGA KAMU, MAS!"

Lyra dan Lian berlari menuju dalam rumah. Namun, langkah mereka terhenti saat suara ibunya kembali terdengar membuat nafasnya seakan tercekat.

"Aku selalu percaya sama kamu, Mas. Nggak pernah sedikit pun aku curiga kamu kerja jauh dari kami, TAPI SEKARANG APA?"

"Kamu selingkuh, Mas," lanjut Franda lirih sambil terisak.

"Dengerin penjelasanku dulu, Nda," pinta Faren memohon.

"Ayah..." panggil Lyra dengan lirih sambil membekap mulut tak percaya. Membuat kedua orang dewasa itu menoleh. Air mata gadis itu bahkan sudah turun entah sejak kapan.

Sedangkan pemuda di sampingnya sudah mengeratkan rahang dengan nafas yang memburu. Perasaan tak terima terus saja menghampiri pikiran dan hatinya.

"Kalian masuk kamar!" suruh Faren.

Melangkah TanpamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang