Aryan mengantarnya pulang ke rumah, lalu berpamitan tanpa mampir lebih dulu. Lyra memandangi bangunan rumahnya setelah Aryan berlalu menjauh dengan motornya. Gadis itu menghembuskan nafas beberapa kali untuk menguatkan diri.
"Ayo, Lyra lo bisa! Ini rumah lo dan lo harus hadapi semua masalah yang terjadi disini," ujarnya pada diri sendiri dengan yakin.
Kemudian gadis itu melangkah. Tangannya terulur memegang knop pintu hendak membuka, tapi seseorang dari dalam lebih dulu membukanya.
"Mau kemana?" tanya Lyra melihat Lian yang kelihatannya ingin keluar.
"Mau jemput ibu, kata Kak Zoya beberapa hari ini ibu di resto dari pagi sampe malem," jelas Lian membuat Lyra sedikit tersentak.
Ibunya benar-benar menjadi workaholic sekarang. Berangkat pagi pulang malam berharap bisa melupakan masalah yang telah terjadi.
"Gue berangkat dulu, kak," pamit Lian lalu berjalan ke arah motornya dan tancap gas pergi.
Lyra memasuki rumah. Matanya memandang sekeliling. Setidaknya rumah ini sudah lebih rapi dari pada saat Lyra pergi kemarin. Yang berserakan pecahan kaca dari perabotan rumahnya. Terasa sesak di dada kembali mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.
Lyra menutup pintu tanpa menguncinya. Gadis itu berjalan menuju kamarnya. Ada rasa rindu pada kamar sederhana miliknya. Padahal baru dua malam ia tidak tidur di kamar ini.
Gadis itu merebahkan diri. Perlahan memejamkan mata. Melepaskan sesak di dada. Ia terlelap padahal jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Tapi Lyra sedang lelah. Ia ingin terlelap sebentar saja untuk melepaskan penat seharian ini.
***
"Kak, bangun!" seru Lian menggoyangkan tubuh Lyra yang belum juga bangun dari tidurnya.
"Woy Lyra Virgona, bangun mandi, kebo banget sih lo kalo tidur," omel Lian menggerutu masih sambil menggoyang tubuh Lyra.
Lyra mengulet, matanya menyipit belum terbuka. "Masih pagi banget, jangan berisik, dek," gumam Lyra membuat Lian melotot tajam memandang kakaknya.
Pagi katanya? Hahah mimpi! Jelas-jelas langit di luar udah orange gitu warnanya pertanda senja. Bisa-bisanya Lyra bilang kalau ini masih pagi.
Lian mendecak, duduk di samping kakaknya yang kembali mencoba tidur. "Pagi apaan? Ini udah mau magrib tau!"
Lyra masih belum sadar. Ia hanya mengerjap pelan mencoba membuka mata. "Ck, apa sih? Masih pagi gini!"
Lian menyentil dahi Lyra membuat gadis itu mengaduh sakit memegangi dahi. "Makanya kalo sore itu jangan tidur, ngigo kan lo jadinya," cerocos Lian tanpa memedulikan Lyra yang masih memegangi dahi dan menatapnya tajam.
"Banguninnya bisa b aja nggak?" katanya dengan galak.
Lian melirik lalu berdecih tak terima, "gue udah bangunin secara baik-baik, tapi lo nggak bangun."
"Udah buruan lo mandi, sebentar lagi magrib. Abis sholat magrib kita makan malem sama ibu," ujar Lian lalu beranjak bangun dari kasur Lyra.
"Ibu udah pulang?"
"Ya menurut lo?" sahut Lian sedikit nyolot dengan memajukan wajahnya agak dekat dengan Lyra.
"B aja muka lo!" balas Lyra meraup wajah Lian dengan gemas. Lian berdecak tak terima lalu pergi begitu saja dari kamar Lyra tanpa menutup pintunya. Kebiasaan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Melangkah Tanpamu
Teen Fiction(Spin off Ketika Senja Menuju Fajar) Kesendirian. Mungkin bagi sebagian orang adalah hal yang menyedihkan. Tetapi, bagi sebagian orang lainnya adalah ketenangan. *** Pradit tersenyum lembut. Tangannya mengangkat dagu Lyra. Lyra berusaha membalas tat...