Part 18 - Be Happy

0 0 0
                                    

Lyra melompat kecil sambil masuk ke dalam kamar Kinantan. Gadis itu sesekali tersipu malu kemudian menutup wajahnya yang memerah.

"Cerah amat tuh muka," ujar Lian melirik sebentar ke arah kakaknya, lalu kembali fokus bermain PS dengan Kinantan.

Lyra langsung memeluk Lian dengan erat sampai pemuda itu memekik kaget karena kalah dalam permainan.

"Adek gue emang berguna banget ya," ucap Lyra sambil meremas kedua pipi Lian dengan gemas.

"Nan, tolongin gue!" Lian memelas meminta pertolongan pada Kinantan.

"Lo berdua pulang sana!" sahut Kinantan malah mengusir kakak beradik itu.

"Wahhh, parah lo berani ngusir gue!" ujar Lyra menyeletuk tak terima.

Kinantan menghela napas berat. Sepertinya keputusannya untuk tidak pulang ke rumah orang tuanya kali ini salah besar. Pemuda itu sengaja memberi jarak dengan saudara kembarnya agar ia tidak terganggu dengan teriakan Clarisa yang menggelegar itu. Tetapi pemuda itu justru terjebak dengan pertengkaran kecil kakak beradik ini.

"Gue nggak ikut pulang ke rumah karena nggak mau dengerin teriakan Clarisa setiap hari ya, kak. Jadi tolong jangan ribut di depan gue," sahut Kinantan menjelaskan membuat Lyra dan Lian terperangah.

"Ini bongkahan es bisa ngomong panjang lebar juga ternyata, Yan," kata Lyra sambil menatap Kinantan takjub seperti melihat keajaiban dunia.

Lian sampai bertepuk tangan saking bangganya melihat Kinantan banyak bicara hari ini. "Lo kayaknya harus main sama gue tiap hari deh, Nan biar kosakata lo nambah," ujar Lian seolah memberi saran membuat Kinantan berdecih.

"Main sama lo sesat yang ada," celetuk Lyra tanpa dosa.

"Lo yang ngajarin gue sesat," balas Lian sewot.

"Ck, ayo pulang!"

Lian mengerutkan kening dan melirik Lyra dengan tatapan terganggu. "Dih, gue mau nginep."

"Ya anter gue pulang dulu bisa kali."

"Ngerepotin banget sih lo jadi kakak," ujarnya menggerutu, "ngapa tadi nggak minta anter pulang sama Bang Pradit sekalian?"

"Ih, ya kali!" sahut Lyra jadi ngegas. "Gue keluar sama lo jadi pulang juga sama lo."

"Nan, kayaknya gue nggak balik lagi kesini," ucap Lian pada Kinantan yang masih asik memainkan games di ponselnya.

Pemuda itu cuek saja tak menanggapi ucapan Lian yang sedang pamit padanya. Sejujurnya Kinantan tidak bermasalah kalau Lian tidak jadi menginap. Justru itu hal bagus karena ia bisa beristirahat dengan tenang di rumah besar itu sendirian.

"Lo nggak takut ditinggal sendirian, kan?" tanya Lian dengan polosnya. Walau sebenarnya ia jadi merasa bersalah karena tidak jadi menginap.

"Gue bukan anak kecil," balas Kinantan ketus.

***

Perkumpulan keluarga kembali digelar setelah bulan kemarin tertunda karena begitu banyak masalah. Dan kali ini acara bulanan itu diadakan di kediaman Adrian dan Natalie.

Semuanya sudah berkumpul seperti biasa, tetapi kali ini anggota mereka berkurang satu. Tentu saja itu adalah Faren, ayah Lyra dan Lian.

Lyra, Lian, maupun Franda sudah mulai terbiasa tanpa kehadiran Faren. Meskipun proses perceraian mereka belum selesai secara keseluruhan, Faren sudah tidak lagi pulang ke rumah selama 1 bulan lamanya.

Mereka semua bercengkerama seperti biasa. Melepaskan penat dan juga beban yang sudah mereka tanggung selama 1 bulan ini hingga berakhir menjadi gelak tawa dalam 1 ruangan yang penuh dengan kehangatan.

Melangkah TanpamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang