Part 04 - Malam Minggu

24 1 0
                                    

Faren sudah ada di rumah karena memasuki akhir pekan. Memang ia sengaja selalu mengosongkan akhir pekan untuk keluarganya. Kini Faren serta dua anaknya sedang menonton TV, walau hanya Faren saja yang fokus dengan layar besar itu. Sedangkan Lyra dan Lian sudah saling pandang memberi kode.

Lyra memelototi Lian agar adiknya itu buka suara untuk meminta izin. Lian balas mendelik dan menggeleng pelan. Lalu dengan kesal Lyra menendang kaki Lian membuat pemuda itu memekik kaget.

Faren melirik dengan kening berkerut, "ngapain?" tanya sang ayah pada dua anaknya.

Adik kakak itu hanya menggeleng canggung. Walau setelahnya Lian mengusap tulang keringnya yang tadi ditendang Lyra dengan kuat.

"Cepet!" ujar Lyra sangat lirih membuat Lian menggerutu kesal.

"Yah.." panggilnya lirih. Ayahnya hanya bergumam kecil menanggapi.

"Nanti malem kan malem minggu nih.."

"Terus kenapa?" sahut sang ayah begitu saja. Lian jadi meneguk ludah dengan susah payah, lalu mendelik saat Lyra menertawainya tanpa suara itu.

"Boleh nggak aku sama kakak nginap di rumah Bang Ego?"

"Ngapain?"

"Ya tidur ayahhh...." ucapnya masih berusaha sabar.

Faren menoleh, menatap anak bungsunya, "tidur kan bisa di rumah sendiri."

Lian menepuk jidat lelah sendiri. Lyra di dekatnya menggigit bibir berusaha menahan tawanya. Mereka berdua ini bukannya takut kalau mau izin sama ayahnya, tapi sifat ngeselin ayahnya inilah yang buat capek sendiri kalau izin.

Lian menegak, memperbaiki posisi duduknya, "nggak gitu ayah, maksudnya mau malem mingguan gitu mau kumpul, nah takut pulangnya kemaleman jadi mending nginap aja kan?"

"Iya ayah tau, ayah nggak kudet kali," balasnya.

Lian menghembuskan nafas keras, "jadi diizinin apa nggak?"

Faren mengerutkan kening, berpikir sejenak. "Nggak mau tidur di rumah aja? Ayah baru pulang loh ini, nggak ada yang kangen gitu?"

"Jangan mulai deh, Yah!" sahut Lyra mendecak melihat ayahnya sudah kepedean.

"Yaudah sana pergi. Ayah mau pacaran sama ibu, siapa tau punya anak lagi," celetuk Faren yang sontak membuat Lyra dan Lian mendelik tajam.

"AYAH!!!!" pekik keduanya bersamaan.

"Kenapa sih?" tanya Faren, "kan banyak anak banyak rezeki," lanjutnya.

"Ayah, aku punya adek satu macam dia ini," kata Lyra dengan menggebu, "udah bikin stress apa lagi kalo nambah yang modelan kayak gini."

"Nah, bener tuh. Udah cukup aku punya kakak yang nyebelin nggak mau nambah adek yang sama nyebelinnya," sahut Lian membuat Lyra menatapnya tajam.

"Jadi nggak boleh ayah punya anak lagi?"

"NGGAK BOLEH!"

***

Kinantan yang sedang menyetel gitar dipangkuannya jadi menoleh saat ada yang masuk ke kamarnya. "Cepet amat datengnya," ujar Kinantan lalu beralih pada gitarnya lagi.

Lian menyengir dengan sebelah alis yang naik turun, "lebih cepat lebih baik," sahutnya.

"Yan, PS yuk!" seru Diego membuat Lian segera bergabung duduk di bawah dengan Diego. Sedangkan Lyra sudah merebahkan dirinya di samping Kinantan yang masih sibuk memetik gitarnya mencari nada.

"Nan, nyanyiin gue, dong!" pintanya pada Kinantan.

Kinantan berdehem kecil, "lo aja yang nyanyi gue yang gitarin," jawab Kinantan.

Melangkah TanpamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang