[16] Bertengkar

3.1K 194 68
                                    


Berbeda pendapat dalam hubungan memang hal yang wajar, tetapi dewasalah ketika menghadapinya.

[ [16] Bertengkar ]

*****

"ASTAGHFIRULLAH!" pekik Zemi saat melihat Devon di depan apartemennya di pukul tiga dini hari, "lo ngapain ke sini? Pakai keramas jam segini segala. Lo kabur? Anya nyariin lo nanti. Terus lo lagi ada masalah sama dia?"

"Gue mohon, gue capek, gue pengin tidur." Devon lelah, ya lelah hati dan fisik.

Zemi menghembuskan napasnya kemudian memberikan celah untuk Devon masuk ke apartemennya.

"Gue nginep di sini," ujar Devon seraya sibuk membuka jaketnya kemudian menyampirkannya ke tempat khusus perjaketan berada.

"Sebenernya gue gak ma... boleh kok!" Zemi sebenarnya ingin menolak, tetapi saat melihat keadaan Devon sekacau ini lebih baik di sini saja daripada pergi ke tempat laknat seperti yang Diana lakukan dulu. Tidak, Zemi tidak ingin hal itu terjadi.

Devon tersenyum tipis. "Thanks," ujarnya seraya bergegas menuju kamar yang selalu menjadi andalan sahabat Zemi jika menginap. Apartemen Zemi memang menyediakan dua kamar.

Zemi lantas menutup kembali pintu apartemennya sebelum akhirnya pergi ke kamar dan mengabari kedua sahabatnya—Naka dan Agasa—perihal Devon.

Sedangkan, gadis ah ralat wanita yang tak lain Anya itu tampak gelisah saat tidak menemukan Devon di sampingnya.

"Dev, kamu kenapa?" lirih Anya sebelum akhirnya matanya menangkap sesuatu.

"Surat?" gumamnya. Biasanya di nakas kamarnya tidak ada surat.

Melihat keganjalan itu Anya lantas menyambar surat itu dan membacanya.

Tadi gue gak sengaja, Nya. Sorry, gue harap lo mengerti gue, gue belum siap punya anak. Nanti sore gue bawain lo obat pencegah kehamilan dan sekarang gue butuh waktu buat menenangkan diri.

Deg.

Drama apa lagi yang ingin Devon lakukan. Bukankah pria itu sendiri yang meminta? Kenapa jadi seperti ini?

Anya memukul-mukul pelan dadanya yang terasa amat sesak, harga dirinya sebagai wanita seperti dipermainkan oleh surat sialan yang ternyata dari Devon, suaminya, pria yang baru saja meminta haknya.

Ya Tuhan, kenapa seperti ini?

***

Langkah pria itu terhenti kala melihat sosok yang sangat dia cintai sedang duduk di sebuah kursi taman universitasnya. Pria itu pun bisa melihat pundak gadisnya itu naik turun menandakan gadis itu menangis. Tak ingin menunggu lama lagi akhirnya pria itu memilih berjalan mendekati sang pujaan hati.

"Anya," panggilnya.

Gadis yang tak lain Anya itu mendongak dengan mata sembab, hidung merah dan juga pipi yang basah karena air mata. Melihat hal itu, pria itu lantas menarik Anya ke dekapannya membuat tangis Anya pecah.

"Kak Angga, dia jahat hiks...."

Angga atau Erlangga, pria yang mencintai Anya. Pria yang dulu pernah menjadi alasan Anya untuk mengikuti kelas akselerasi dan juga bisa lulus bersamanya.

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang