[14] Anya Ingin Baby

3.8K 194 40
                                    

Terkadang ada hal yang kita inginkan, tetapi belum saatnya bisa kita dapatkan karena memang belum waktunya dan tugas kita hanyalah berusaha untuk menerimanya dengan ikhlas dan percaya bahwa indah pada waktunya memang benar adanya.

[ [14] Anya Ingin Baby ]

*****


Sejak satu jam yang lalu Devon bersama dengan Zemi, Naka dan Agasa, pria itu tampak tertawa lepas. Tawa yang beberapa hari belakangan ini lenyap. Tentu hal itu membuat Zemi, Naka dan Agasa ikut senang karena kini Devon, sahabat mereka yang selalu bahagia itu telah kembali.

"Gue puas lah si Naka kalah haha...."

Ya hanya karena hal sederhana Devon bisa tertawa lepas, hanya karena dia bisa mengalahkan Naka dalam bermain PS. PS yang kini dia mainkan adalah PS5, salah satu keinginan Devon yang harus dia enyahkan karena uangnya ia gunakan untuk membeli mas kawin untuk Anya.

"Sini muka lo!" titah Devon girang dengan tangan yang sudah berlumuran bedak. Mereka memang sepakat, jika kalah maka muka mereka akan dicoret oleh bedak.

Naka menurut membuat Devon semakin girang kemudian pria itu mulai mencoret kan bedak pada wajah Naka yang terlihat pasrah.

"Nak kan cakep," ujar Devon seraya menatap hasil karyanya di wajah Naka yang kini berubah menjadi bulan purnama sontak hal itu kembali membuat tawa Devon pecah.

"Gue rela dicoret kayak gini asal lo bahagia, Dev."

Devon menghentikan tawanya kemudian menatap Naka dengan kerutan di dahinya. "Maksudnya?" tanyanya.

"Kita rela ngelakuin apapun asal lo bahagia, Dev. Kita seneng lihat lo bisa ketawa lepas kayak gini lagi." Kini Zemi yang menjawab.

Devon tertegun, dia sadar bahwa semenjak bertemu dan akhirnya menikah dengan Anya baru kali ini Devon tertawa lepas seperti ini di depan ketiga sahabatnya.

Agasa menepuk-nepuk pundak Devon. "Lo harus bahagia terus, Dev, meskipun gue kadang kesel karena lo minus akhlak, tapi jauh di lubuk hati gue atau bahkan kita kalau kita senang bisa lihat lo ketawa lepas daripada murung kayak kemarin-kemarin."

Bangunkan Devon sekarang, ini bukan mimpi, 'kan?

Yakinlah itu adalah kalimat terpanjang Agasa pada dirinya, sungguh.

"Gue emang belum nikah, Dev, tapi gue yakin lo bisa menghadapi semua masalah lo dan gue harap lo bisa menghadapinya dengan dewasa. Jangan sampai lo nyesel lagi karena kehilangan Anya untuk kedua kalinya."

Kalimat panjang Zemi menjadi akhir kata yang keluar dari mulut keempat sahabatnya itu sebelum akhirnya saling menepuk-nepuk pundak silih bergantian, berusaha menguatkan satu sama lain.

Begitulah mereka berempat. Tak sengaja dipertemukan di masa SMP dan sampai di universitas pun mereka masih bisa bersama, memberi dukungan dan nasihat.

Sedangkan, di rumah Devon dan Anya, terlihat Anya yang sibuk mengajari Diana yang ingin belajar membuat brownies sesuai keinginannya.

"Terus ini tinggal dimasukin ke oven, Nya?" tanya Diana.

Anya mengangguk. "Iya masukin aja tinggal tunggu tiga puluh menit, udah gue atur kok. Masukin aja."

Dengan telaten dan teliti, Diana mengikuti instruksi Anya. Diana memang sungguh-sungguh ingin belajar membuat brownies dan karena pada dasarnya Diana cerdas, Anya tidak begitu kesulitan mengajarkan ibu satu anak itu.

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang