[18] Anya Menyerah

3.7K 224 45
                                    

Aku juga manusia biasa yang bisa merasakan lelah dan pada akhirnya aku memilih menyerah.

[ [18] Anya Menyerah ]

*****

Kali ini perasaan Anya tidak enak. Dia dipanggil sang mommy untuk mendatangi wanita yang telah melahirkannya itu di salah satu salon milik kedua orangtuanya. Anya yakin jika ada yang membuat sang mommy khawatir dan Anya yakin itu dirinya sendiri karena dua hari lalu atau lebih tepatnya ketika mereka makan malam bersama di rumah Devon, dirinya seperti tidak biasanya.

"Mommy yakin kamu gak bahagia sama Devon."

Tepat sasaran.

Lagipula ibu mana yang tidak mengetahui jika anaknya sedang dilanda masalah.

Anya tersenyum tipis kemudian menggeleng lemah. "Engga, Momm. I'm okay," ujar Anya bohong tentu dia tidak baik-baik saja.

"Mommy lihat badan kamu kurusan," ujar Rosetta membuat Anya lantas menatap tubuhnya sendiri.

"Engga ah, Momm, biasa aja." Anya merasa badannya sama saja.

Rosetta tersenyum tipis. "Mommy tahu ada yang Devon lakuin ke kamu ya? Dia nyakitin kamu, 'kan? Dia mukul kamu atau dia nampar kamu? Bilang sama Mommy, Sayang karena meskipun kamu sudah menikah, kamu tetap putri kesayangan Mommy dan daddy tentunya."

Devon gak nyakitin fisik aku, Momm, tapi hati aku. Ingin sekali rasanya Anya mengatakan itu, tetapi rasanya lidahnya kelu meski hanya ingin mengatakan sepatah dua kata saja.

"Aku baik-baik aja," ujar Anya yakin, "Anya bahagia sama Devon karena Anya yakin kalau Devon bisa bikin Anya bahagia."

"Tapi Mommy yakin kamu lagi ada masalah."

Sebenarnya Anya ingin sekali menceritakan semuanya pada kedua orangtuanya, tetapi dia tidak mau karena Anya tahu jika nanti dia menceritakan semuanya maka dia harus siap berpisah dengan Devon dan Anya tidak bisa, dia hanya mencintai Devon, ya Devon.

Anya menggenggam tangan Rosetta. "Momm i'm okay, Mommy gak usah khawatir ya?" ujar Anya meyakinkan, dia tidak ingin membuat wanita yang telah melahirkannya ini menderita hanya karena masalahnya.

Rosetta mengangguk, meskipun hatinya yakin ada yang putrinya sembunyikan, tetapi mungkin memang Anya masih bisa menghadapinya. "Tapi kamu harus ingat kalau pintu rumah selalu terbuka buat kamu, kapanpun kamu mau, kita siap."

Anya mengangguk kemudian memeluk sang mommy erat, dia rindu pelukan ini, pelukan yang akan selalu menenangkan dirinya dikala gundah.

"Makasih, Momm."

"Yourwelcome, Honey."

***

"Devon belum pulang ya, Bi?"

Anya baru saja turun dari kamarnya dan langsung membantu Bi Jum, ARTnya untuk menyiapkan makan malam.

Pasutri Player [ Complete ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang