Ke rumah mertua

13.9K 1.3K 105
                                    

Mobil sedan berwarna hitam masuk pelataran rumah mewah bertingkat dua milik keluarga Panji. Menyadari sudah sampai di depan halaman rumah yang di tuju, Algis menegakkan badan. Matanya mengamati sekitar halaman.

Rumah mewah bergaya modern di dominasi warna cat putih d tambah taman kecil dan kolam ikan yang tidak terlalu besar. Rumah calon suami kakaknya sangat besar menunjukan betapa kaya keluarga ini. Algis tidak habis pikir kenapa kakak perempuannya itu justru kabur di hari pernikahannya. Apa yang kurang dari calon suaminya ini, Panji pria yang tampan dia juga berasal dari keluarga yang kaya.

Jantung Algis mulai berdetak cepat ada rasa gugup dalam diri Algis saat dia kembali teringat akan segera bertemu dengan keluarga Panji. Tak lama Panji memakirkan mobil, seorang pelayan laki-laki meghampiri Panji dan Algis.

"Tolong bawa semua koper ke dalam ya Pak," perintah Panji pada pelayannya dengan nada sopan.

"Iya Den," jawab pelayan yang bernama Pak Tori.

Panji berjalan masuk ke rumah diikuti Algis yang berjalan di belakangnya. Di dalam rumah tepatnya di ruang tamu ada kedua orangtua Panji, Pak Suryadi dan istrinya. Melihat sosok Panji wanita dengan setelan baju warna merah maroon itu berdiri lalu bergegas menghampiri Panji putra kesayangannya.

"Mama Papa sudah nunggu dari tadi," ucap Bu Rina menyambut dengan senyum bahagia.

Sebelum pulang Panji memang sudah memberi tahu orang tuanya bahwa dia akan pulang sore hari. Niat tinggal beberapa hari di rumah mertuanya di batalkan.

"Mana menantu Mama yang cantik." Bu Rina mencari sosok yang di maksud dari belakang tubuh putranya.

Mendengar kata-kata itu Algis yang sedari tadi berdiri di balik punggung panji sedikit terkejut rasa gugup dan takut merayapi hatinya.

"Lho ... kok." Bu Rina mengernyitkan dahi melihat sosok manis di balik punggung Panji. Wanita paruh baya itu melongok keluar pintu mencari seseorang yang di tunggunya namun tak ada siapa-siapa. Hanya ada Panji dan anak manis mirip menantunya.

"Ajeng mana ?" tanya Bu Rina.

Panji menarik nafas panjang, ia berjalan kearah sofa lalu duduk berhadapan dengan Pak Suryadi.

"Duduk sini," kata Panji saat dilihatnya Algis masih berdiri. Algis berjalan dan duduk tak jauh dari Panji.

"Mama juga duduk dulu ada yang harus Panji jelasin."

Bu Rina buru-buru duduk di sofa bergabung dengan suaminya. Pak Suryadi dan Bu Rina menatap Panji menunggu kalimat Panji selanjutnya.

"Ada apa Ji?" tanya Pak Suryadi setelah menunggu sedikit lama tapi panji belum juga mulai bicara.

"Panji gak bawa Ajeng Ma-Pa, Panji bawa adiknya." Panji mulai menjelas kan.

"Ajeng kemana Ji? Kenapa kamu bawa pulang adik istri kamu. Istri kamu mana?" tanya Bu Rina.

"Karena dia istri Panji," jawab Panji dengan nada santai dan cuek.

"Istri kamu gimana sih??? Kamu itu kalau bicara yang jelas." Bu Rina mulai bingung.

"Yamemang, karena yang tanda tangan di buku nikah dia bukan kakaknya."

"Panji!!!!!" geram Bu Rina dia mulai kesal.

"Bicara yang jelas Panji," kata Pak Suryadi dengan nada lembut.

"Saat akad nikah kemarin gadis pilihan Mama kabur dari rumah. Itu kenapa dia menggantikan kakaknya." Panji menoleh ke arah Algis.

Pak Suryadi dan Bu Rinai terkejut. Lebih-lebih Bu Rina dia melihat dengan tajam kearah Algis, wajahnya menunjukan rasa kesal.

"Apa-apan ini, mereka pikir kita siapa enak saja mempermainkan kita seperti ini Pa, Mama akan telepon Pak Prayitno minta penjelasan. Mereka sudah menipu kita Pa mempermainkan kita!"

MY WIFE IS A BOY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang