Siang itu selesai kuliah, Algis dan kedua temannya Bastian dan Maura duduk bertiga di bawah pohon rindang depan fakultas seni. Mereka duduk di kursi yang terbuat dari bahan kayu, dengan tambahan meja berbentuk bundar warna putih. Mereka duduk saling berhadapan sembari membicarakan project kuliah yang baru saja diberikan oleh dosen mereka.
Bastian si pemuda dengan rambut diikat asal itu hari ini raut wajahnya tampak tak bersemangat. Dia seperti sedang mengingat sesuatu, mencari sesuatu. Sedangkan si manis, sejak pagi bibirnya tak henti mengulas senyum. Apalagi saat ini wajahnya berseri-seri, ia sibuk membalas pesan masuk di ponselnya.
Maura melipat tangannya ke dada, gadis itu melihat ke arah sahabatnya satu persatu. "Kalian berdua kenapa?? Yang satu senyum aja kayak orang lagi jatuh cinta, yang satu lagi bermuram durja kayak orang kalah taruhan. Kenapa lo berdua?" tanya Maura menyelidik.
"Kartu mahasiswa gue ilang Ra," sahut Bastian
"Lha kok bisa hilang sih? Burung lo kalau gak nempel ilang juga ya Bas," ledek Maura.
"Mulut lo Ra, gak di filter jadi cewek," kesal Bastian
"Hahaha...ya kan gue bener."
"Gak lucu setan!" Bastian dan Maura kembali berdebat seperti biasanya.
Si manis tak begitu memperhatikan kedua temannya yang sudah saling pukul dan saling tarik rambut, persis anak TK berebut permen.
Algis terus menundukkan kepala, tangannya sibuk memeriksa posel di tangan. Ia kembali tersenyum ketika melihat nama pengirim pesan masuk WhatsApp di ponselnya.
Panji: Kerjaanku sudah selesai aku jemput kamu. Jangan pulang dengan siapapun.
Algis: Iya Mas, Algis tunggu di kampus.
Panji: Kamu sudah makan siang?
Algis: Sudah Mas, Mas panji udah makan belum?
Panji: Belum, Nanti temani aku makan siang ya.
Algis: Kok belum Mas, ini udah jam dua lebih loh... Mas.
Algis asik berbalas pesan dengan Panji. Tanpa dia sadari, dua pasang mata di depannya menatapnya heran.
"Gis.... lo punya pacar ya?" tanya Maura, matanya menatap ke arah Algis penuh curiga.
"Ehhh enggak, Algis mana punya pacar," elak Algis sembari menggoyangkan kedua tangannya di depan dada.
"Bohong! Sikap lo tuh belakangan ini aneh suka ngelamun senyum-senyum sendiri." Bastian tidak percaya
"Betul, gue juga liat lo tiap berangkat kuliah diantar sama cowok. Itu yang pakek mobil sedan hitam," imbuh Maura
"Di-dia...saudara Algis kan, sudah Algis bilang dia saudara Algis."
"Sodara lo yang mana?? Rumah dia dimana? Kok tiap hari anterin lo kuliah? Apa dia tinggal serumah sama lo?" cecar Maura mirip penyelidik.
"Kok lo bawa-bawa cowok itu lagi sih Ra," Protes Bastian tidak suka.
"Ya emang gue bener. Tadi pagi lo lihat juga kan, Algis dianter tu cowok ganteng."
"Mata lo ijo kalau liat cowok bening dikit," sungut Bastian
"Mata gue ijo liat cowok ganteng bukan buat gue, tapi buat lu berdua haha..." balas Maura dengan gelak tawa.
"Ogah!!! Gak sudi!!! jijik gue Ra!!!!" teriak Bastian.
"Halah...lo ngomomg gini karena sekarang lo belum ketemu sama orang yang bisa jungkir balikin hidup lo Bas."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY WIFE IS A BOY (End)
General FictionAlgis dengan terpaksa menuruti kemauan ibunya. Ia dipaksa menggantikan Ajeng kakaknya untuk menikah. Dikarenakan Ajeng kabur meninggalkan rumah ketika hari pernikahan. Algis seorang pemuda yang manis harus pura-pura menjadi pengantin wanita demi men...