Sudah beberapa hari Algis tinggal di rumah Panji semua berjalan baik, tidak ada drama seperti yang Algis bayangkan sebelumnya. Semua penghuni rumah bersikap baik padanya bahkan para pelayan pun juga ramah pada Algis. Malam ini Algis berencana ingin menemui dan bicara pada Panji. Sejak tinggal di kediaman rumah Pak Suryadi mereka berdua tidak ada interaksi yang berarti. Panji selalu berangkat pagi pulang sore kadang malam hari.
Mereka bertemu hanya ketika pagi hari saat sarapan. Algis membuka pintu kamar saat akan keluar kamar ia berpapasan dengan Panji yang saat itu akan masuk ke kamarnya.
"Baru pulang ya Mas Panji?" tegur Algis.
"Iya ... kamu belum tidur?"
"Mau ambil minum dulu di bawah." Algis menunjukan tempat air minum berbahan beling yang kosong di tangannya.
"Eummm ..." Hanya gumaman dan anggukan kepala dari Panji. Ia membuka pintu lalu mendorong pintu kamar. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar kembali suara Algis.
"Ada yang mau Algis omongin Mas."
Panji menoleh ke arah Algis. Menunggu kalimat Algis selanjutnya.
"Besok Algis pengen pulang ke rumah dulu, karena lusa Algis harus masuk kuliah lagi dan ada sesuatu yang mau Algis ambil di rumah."
"Ya udah besok pagi biar diantar sama sopir," jawab Panji.
"Iya mas ..." kata Algis sambil menganggukkan kepala. Ia menutup pintu lalu berjalan meninggalkan Panji yang masih berdiri di depan pintu kamarnya.
"Algis ..." Suara Panji menghentikan langkah Algis. Dia menoleh ke belakang dan melihat ke arah Panji.
"Besok biar aku saja yang antar. Aku gak kerja besok."
Algis mengulas senyum manis tanda ia setuju.
Esok harinya di pagi hari yang cerah Panji dan Algis sudah bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Algis. Sesuai dengan apa yang mereka rencanakan semalam.
Pak Suryadi dan Bu Rina tidak ada di rumah, mereka berdua pergi pagi-pagi sekali ada urusan penting di luar kota untuk beberapa hari ke depan.
"Sudah siap Gis?" tanya Panji sambil menyambar kunci mobil di atas meja ruang keluarga.
"Sudah mas." Algis berdiri tepat dihadapan Panji. Pemuda manis itu memakai kemeja longgar dengan motif garis-garis biru. Dua kancing atas terbuka memperlihatkan sedikit dada putih dan mulus miliknya.
"Ayok jalan."
Panji berjalan ke arah mobil diikuti Algis di belakangnya. Mereka berdua bergegas masuk ke dalam mobil. Tak lama Panji menghidupkan mesin mobil. Pintu gerbang terbuka secara otomatis dan perlahan mobil Panji meninggalkan pelataran rumah.
Di dalam mobil tak ada obrolan di antara mereka keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. Panji fokus menyetir mobil sedangkan Algis hanya diam menikmati pemandangan luar sambil sesekali mengikuti alunan lirik lagu pleas dont go by joel adams.
"Now ... pleas dont go, most nights i hardly sleep when iam alone."
Tanpa sadar Algis ikut melantunkan lagu yang di putar Panji. Kepalanya manggut-manggut mengikuti musik.
"Suka sama lagunya Gis?"
Algis menoleh ke arah Panji, dia tersenyum.
"Kenapa ketika tersenyum seperti itu dia manis sekali," batin Panji.
"Enak lagunya Mas, Algis suka. Semua lagu Algis suka asal enak di dengar."
"Oh ya lagu baby shark juga suka dong, itu juga enak di dengar iramanya," kata Panji sambil menoleh sekilas ke arah pemuda manis yang duduk di kursi penumpang di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY WIFE IS A BOY (End)
General FictionAlgis dengan terpaksa menuruti kemauan ibunya. Ia dipaksa menggantikan Ajeng kakaknya untuk menikah. Dikarenakan Ajeng kabur meninggalkan rumah ketika hari pernikahan. Algis seorang pemuda yang manis harus pura-pura menjadi pengantin wanita demi men...