Kembali kuliah

13K 1.1K 76
                                    

Mobil mewah warna hitam milik Panji berhenti di depan halaman kampus tempat di mana Algis menuntut ilmu, kampus terlihat bersih dan sejuk meskipun baru jam tujuh pagi tapi sudah banyak mahasiswa yang dating. Ada yang membawa mobil sendiri jika memang mereka berasal dari keluarga orang mampu. Ada yang datang naik motor atau diantar jemput oleh kerabatnya.

Algis melepas seatbelt yang melekat di tubuhnya. "Terimakasih Mas, sudah di antar sampai sini," kata Algis, orang yang diajak bicara hanya menganggukkan kepala. Algis membuka pintu mobil lalu keluar dari mobil.

Tak jauh dari mobil Panji, ada dua sahabat Algis, Bastian dan Maura. Melihat sosok Algis keluar dari mobil mereka berdua bergegas berjalan mendekati Algis.

"Algiiiiiissss ... bayik gue yang paling manis satu kampus! Kangen gue. Lama banget lo gak masuk kuliah, kakak lo yang nikah kok lo yang libur kuliah."

Teriak Maura sambil memeluk tubuh Algis erat-erat. Yang dipeluk hanya diam pasrah Algis sudah biasa dengan tingkah Maura yang lumayan aneh.

"Sudah sih Ra ... lebay banget sih," kata Bastian cowok berperawakan lebih tinggi dari Algis, sambil melepaskan pelukan Maura dari tubuh pemuda manis teman baiknya.

"Apa sih lo, sirik banget!" sewot Maura.

"Algis!"

Algis menoleh ke sumber suara itu. Dia terheran ternyata Panji belum pergi. Panji berdiri di luar pintu mobil.

"Jam berapa kamu pulang?" tanya Panji.

"Emm ... Algis belum tahu Mas."

Hari ini adalah hari pertama Algis masuk kuliah setelah dia tidak masuk berhari-hari, jadi dia tidak tahu jam berapa akan pulang. Dia harus mengejar tugas yang tertinggal.

Panji berjalan mendekati Algis, sedangkan kedua temannya diam mereka sedang loading.

"Hp kamu mana?"

Algis merogoh kantong celananya lalu menyerahkan telepon genggam miliknya pada pria bertubuh tinggi di depannya. Panji meraih benda tipis itu dari tangan Algis lalu mengetik sesuatu.

"Kabarin aku kalau pulang," kata Panji datar sambil menyerahkan telepon genggam kembali pada pemiliknya.

Panji membalikkan badan lalu berjalan ke arah mobil. Tak lama mobil Panji mulai berjalan meninggalkan Algis, Bastian, dan Maura dalam keterdiaman.

"Busetttttttt ... itu siapa lo Gis. Gila ganteng banget. Oh ... God! Bisa sempurna kayak gitu. Tinggi, badan atletis, mukanya ganten, ganteng banget malah," heboh Maura dengan suara gemas tertahan penuh damba.

"Ampun ... hottt banget dia. Bisa bikin..."

Plakkk.

Bastian memukul kepala Maura pelan.

"Kalo lo mau bilang RAHIM ANGET lagi, gue buang lo ke kolam ikan belakang kampus!" kesal Bastian.

"Apa sih lo, sirik banget sama gue!" teriak Maura kesal.

"Ya lo tuh ... cewek ngomong gak pakek sensor."

"Eh ... Bastian Anggara Putra, kalo tiba-tiba gue ngomongnya pakek sensor, itu justru warning buat lo, tandanya gue gak baik-baik aja paham gak lo!" kata Maura sambil menarik rambut Bastian.

"Aaauuuuu.....sa...kitttttttt ra... sialan"Bastian meringis kesakitan.

Melihat kedua temannya Algis menggelengkan kepala. Bastian dan Maura tak pernah akur jika bertemu mereka pasti saling hujat saling pukul satu sama lain. Namun biarpun seperti itu keduanya tetap menyayangi, tak jarang Maura mentraktir Bastian ataupun membantu tugas kuliah.

MY WIFE IS A BOY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang