Ajeng kembali (2)

10.9K 975 130
                                    

selamat membaca semoga chapter ini tidak menjemukan.


Sinar mentari pagi menerobos memenuhi seisi kamar, sang pemilik kamar rupanya enggan menutup jendelanya semalam. Hangatnya sinar mentari yang memenuhi kamar mampu mengusir dingin semalam, menjadikan udara kamar mulai menghangat. Tubuh ramping itu perlahan bergerak, rasa kantuk dan lelah membuatnya enggan membuka mata.Beberapa hari terakhir ini merupakan hari-hari yang sangat melelahkan. Banyak hal yang harus dilakukan dalam persiapan malam resepsi itu, biarlah si ramping tidur sebentar lagi menikmati rasa hangat yang membuatnya nyaman. Tangannya bergerak mencari sesuatu, ketika menyentuh sesuatu yang dirasa makin membuatnya nyaman itulah yang di cari. Ia menarik kain tebal itu menutupi tubuhnya. Kembali ia merapatkan diri pada guling dalam pelukannya.

Si ramping tersenyum dalam tidur. Sejak kapan gulingnya terasa lebih besar dan begitu hangat. Dia semakin enggan membuka mata semakin erat memeluk, mendorong kepalanya lebih dalam lagi menikmati aroma maskulin yang menyapa indra penciumannya.

Mata bulat itu terbuka perlahan, ketika hidung bangirnya menyentuh sesuatu. Sesuatu yang ia yakini bukan sarung guling. Dia membulatkan mata ketika dada bidang berotot menyambutnya. Tangan dan kakinya memeluk tubuh besar Panji seperti memeluk guling. Pria bertelanjang dada itu tertidur miring wajahnya tepat menghadap ke wajah pemuda bermata bulat.

Algis mengedipkan mata berkali-kali. Dia baru ingat sekarang, setelah resepsi pernikahan dia harus tidur sekamar dengan pria didepannya ini. Untuk menunjukan pada kerabat orangtua Panji bahwa mereka adalah pasangan suami istri sungguhan.

Perlahan Algis menarik tubuhnya sedikit menjauh memastikan tidak membuat Panji terbangun. Di tatapnya lekat-lekat wajah pria didepannya itu. Pria yang tiba-tiba masuk ke dalam kehidupannya, memberi warna pada hari-harinya. Mata bulat Algis menyusuri setiap inci wajah Panji. Alis yang tebal hidung yang macung bibir tipis dan lembab serta memiliki garis rahang yang tegas. Sungguh ciptaan yang kuasa begitu sempurna. Algis masih menatap lekat menikmati pemandangan didepannya. sampai sebuah suara mengejutkanya.

"Kamu bisa menghamiliku jika menatapku seperti itu Gis" Kata Panji dengan mata masih terpejam

Suara Panji mengejutkan Algis, pemuda itu segera bergeser menarik tubuhnya mundur membuat jarak antara dia dan Panji. Dia tidak menyangka kalo Panji rupanya sudah bangun.

"Sejak kapan Mas Panji bangun?" Tanya Algis dengan suara gugup

"Barusan..."Dusta Panji.

Karna Panji memang sudah lebih dulu bangun sebelum pemuda manis itu terbangun. Pria itu sudah kenyang memandangi mata bulat Algis saat masih terlelap. Dia pura-pura tidur ketika Algis mulai membuka mata.

Saat keduanya saling menatap satu sama lain, dunia pun seakan tau apa yang bisa membuat suasana saling tatap mata itu berubah menjadi tatapan yang hangat dan intim. Sayup-sayup terdengar alunan lagu dengerously milik charlie puth dari kamar lain. Suara alunan lagu itu berasal dari kamar Algis yang saat ini dihuni oleh sepupu Panji, Arsenio. Pemuda riang itu kerap menyetel musik keras-keras. Itu sudah menjadi ritual pagi harinya dimanapun dia berada.

I love you dangerously...

More than air that i breathe..

Knew we would crash at the speed,

That we were going...

Mungkin karna terbawa suasana atau memang keinginan mereka sendiri, entah siapa yang memulai lebih dulu. Saat ini Panji dan Algis kembali merapat, tak ada jarak antara mereka berdua. Mata mereka saling bertemu, mereka saling memandangi satu sama lain tanpa ada kata terucap dari bibir keduanya. Hanya sorot mata yang mengisyaratkan mereka tidak ingin mengakhiri saat-saat mendebarkan seperti ini.

MY WIFE IS A BOY (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang