Part 18

3.3K 142 0
                                    

Votenya, and like jangan lupa ya !!

Follow akun author juga wajib !!

" Ama !!." panggil Al saat mereka bertiga memasuki kamar tidur milik bocah laki-laki itu. Membuat orang yang dirinya panggil menoleh dan menatap ke arahnya.

" Iya sayang, ada apa ?." ujar Xena lembut menahan emosi yang disebabkan oleh Arzachio agar sang anak tidak ketakutan menatapnya.

" Apa ahat hiks Al tatut, Al ndak au dicini. Apa ahat ma Aca." serunya menatap Xena berkaca-kaca.

" Aunty, maafin Aca hiks !! Kalna Aca om tamvan malah ke aunty. Om tamvan jelek dak tamvan lagi." ucap Aca berkaca-kaca menahan tangis.

Meskipun usianya baru beranjak 3 tahun tapi tetap saja dia paham maksud dari yang Arzachio tadi katakan pada Xena. Bahwa mereka keberatan dengan kehadirinnya di mansion ini membuat Aca merasa bersalah sekaligus sedih mendengar penolakan langsung yang terucap dimulut sang tuan rumah. Belum lagi sang aunty yang kini keberadaannya ntah ada dimana, dan sampai sekarang belum juga ada tanda-tanda kapan dirinya akan di jemputnya dari Xena.

" Hustttt, Aca ama Al gak boleh gitu. Mama sama Aunty gak suka ya. Sttt, jangan nangis lagi ya, sekarang kita beres-beres buat pindah ke apartement auty yang kemaren. Aunty gak suka disini !!." tukas Xena yang diangguki oleh kedua bocah itu.

" Ama, Al ndak cuka dicini yok ita pindah !!." serunya semangat dan kini dirinya tidak menangis lagi.

" Aca uga, Aca ndak mau dicini. Dicini olangnya selam-selam ndak aik-aik." serunya tak mau kalah dan dibalas Xena dengan senyum manisnya.

" Ayokkk kita pindah !!." teriak Xena girang dan diikuti dengan teriakan kedua bocah itu membuat suasana yang tadinya seram kini kembali diliputi bahagia dan juga tawa.

Tanpa aba-aba Xena langsung bergegas pergi menuju ke tempat kamar anak-anak tersebut untuk membereskan pakaian dan juga mainan yang mereka miliki. Bukan tanpa sebab alasan tersebut dirinya pilih, hal ini dikarenakan ulah Arzachio yang merasa enggan untuk menampung mereka disini. Dirinya yang mengusulkan malah dirinya pula yang menghina dan mengusir mereka dari sini.

" Ama !!." seru salah seorang bocah laki-laki yang bernama Axton menatap Xena bertanya-tanya. Membuat Xena menoleh dan menatap ke arah dirinya.

" Iya sayang, ada apa nak ?." jawab Xena lembut sambil terus membereskan mainan bocah laki-laki itu ke dalam koper.

" Alau Apa anti malah tayak mana Ama ?. Apa malah celam, Al tatut." ucapnya menunduk takut. Sambil mengingat peristiwa yang barusan terjadi di meja makan tadi membuat dia memikirkan apakah keputusan yang mamanya ambil adalah keputusan yang benar atau tidak.

" Huft, kamu tenang aja ya sayang kan ada mama. Mama berani kok lawan papa kamu dan mama pasti bakal menang." sahut Xena membuat bocah laki-laki itu mengangkat wajahnya menatap Xena gembira dan tersenyum manis menatap wajah cantik sang Ama.

" Oce Ama, Al pelcaya !!." serunya gembira dan mengacungkan jempol mungilnya ke arah Xena yang dibalas senyuman manis oleh Xena kepadanya.

Dan tanpa Xena ketahui kini Aca menatap mereka berdua sedih. Mengingat penolakan yang Arzachio berikan kepadanya membuat hatinya kecewa dan diliputi oleh rasa bersalah. Akibat ulahnya dirinya,Xena dan Al terpaksa kembali ke apartement Xena yang kecil, dan meninggalkan mansion mewah ini yang baru mereka tempati sehari dengan perasaan terluka sekaligus kecewa.

" Maaf aunty hiks kalna Aca ita terlpakca indah dali cini." ucapnya bersedih menatap Xena dan Al terisak dan juga sedih.

" Kok Aca angis, Al ndak cuka ya liat Aca angis. Angan angis Aca !!." sahut Al marah menatap Aca yang menagis sambil menatap ke arah mereka berdua.

Aca yang mendengar kalimat protes dari bocah laki-laki itu kini memberhentikan laju tangisnya dan malah menatap bocah laki-laki itu sebal bercampur kesal. Bukannya terharu dirinya malah malas mendengar kalimat cemburu yang sang kekasih ucapkan padanya membuat tangis yang tadinya tak terbendung kinu menghilang digantikan dengan tatapan tajam dan juga muka judesnya untuk sang pacar.

" Al ni ganggu aja, Aca ndak cuka ya. Al nakal Aca malah ama Al." putusnya sebal dan kesal membuat bocah laki-laki itu mengerucutkan bibirnya kesal mendangar kalimat yang diucapkan sang pacar.

" Aca kok gitu, Al ndak cuka Aca angis akanya Al lalang tapi Aca malah malah ama Al. Al kecal cama Aca." ketusnya menatap perempuan itu berkacak pinggang tak lupa dengan bibir yang mengerucut sebal.

Disisi lain, Xena hanya menatap kedua bocah itu sambil geleng-geleng kepala. Malas menanggapi mereka berdua, dirinya lebih memilih sibuk membereskan mainan beserta baju yang akan dirinya bawa kembali ke apartement tanpa menghiraukan perdebatan antara sang anak dengan keponakan sang sahabatnya tersebut.

" Aca ni." protesnya marah menatap Aca garang.

" Al akal, Aca ndak cuka." serunya dengan kesal.

" Tamu uga akal." sahut Al tak mau kalah.

" Tamu."

" Tamu uga."

" Tamu pokoknya."

" Tamu uga."

" Sudahhhhhh, diammmm !!." teriak Xena murka membuat Al dan Aca menatap dirinya berkaca-kaca.

" Sttt, jangan ribut nanti papa kamu marah Al jadi kita gak bisa kabur." ucap Xena membujuk Al dan Aca agar tidak menangis. Jika mereka menangis maka rencana kabur mereka yang sudah tersusun rapi diotaknya pasti akan berantakan dengan tangisan kedua bocah tersebut.

" Kalian mau papa Al databg terus kita kena marah ?." tanya Xena menatap kedua bocah itu bergantian.

" Ndak au ama. Ndak au aunty." sahut mereka berdua serentak menatap Xena sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

" Kalau begitu diam jangan berisik nanti bisa-bisa kita ketahuan." peringat Xena was-was yang diangguki oleh Al dan Aca serentak.

" Aca iam angan belisik anti ketahuan." ucap Al dengan pelan memperingati sang pacar.

" Al uga, angan belisik anti Apa Al malah malah-malah agi." jawabnya membuat Al cemberut.

" Apa Al emang pemalah Al ndak cuka." ujarnya cemberut membuat pipi chabynya terlihat sangat menggemaskan.

" Oke anak-anak semua baju sudah selesai kita packing sekarang waktunya kita kabur." seru Xena semangat yang dibalas anggukan kepala oleh kedua bocah itu.

" Api ama cam mana kita kabul, kan olang-olang Apa banyak cekali. Al akut kena tangkap." bingungnya menatap sang mama bertanya-tanya.

" Emmm, kayak mana ya mama juga bingung." cemas Xena.

Kemudia dirinya berjalan menuju ke arah balkon kamar Al untuk melihat kondisi sekeliling. Dan ternyata perkataan Al memang benar adanya bahwa rumah ini dijaga oleh orang-orang berbadan kekear yang sudah terlatih tak lupa senjata api yang berada di belakang punggungnya membuat tubuh Xena menjadi ngeti membayangkan bagaimana jika mereka tertangkap saat melakukan percobaan kabur dari rumah ini.

" Bagaimana ini !!, jika kami tertangkap maka habis sudah nyawa kami. Tapi jika kami tidak pergi maka kami pasti akan terus disiksa disini." bunyi suara batin Xena bimbang antara pergi atau tidak dari mansion mewah milik ketua mafia yang disegani oleh dunia.

Mr. Morales and Momy for Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang