15

2.7K 133 0
                                    

Seperti permintaan Anantha tadi siang. Keduanya tengah berada di pasar malam yang Anantha inginkan. Disana ramai sekali pengunjung yang berdatangan. Meski begitu, Fathur sangat senang karena melihat Anantha yang sangat antusias di disana. Fathur hanya membuntuti Anantha yang menarik tangannya.

Senyuman gadis itu membuat Fathur tak berhenti untuk ikut tersenyum. Fathur menyukai perempuan sederhana seperti Anantha, padahal dia hanya mengajak Anantha ke pasar malam tapi gadis itu sangat antusias dengan semuanya. Dan satu hal yang baru saja Fathur ketahui, sebenarnya gadis itu sangat baik. Hanya saja, gadis itu memperlihatkannya pada orang terdekatnya saja.

"Fathur, gue mau lolipop boleh?" tanya Anantha, saat keduanya tengah berada di depan penjual permen lolipop.

Fathur tersenyum, mengusap pucuk kepala Anantha. Karena tak ingin merusak mood gadis itu Fathur mengiyakan, walaupun sebenarnya permen tersebut tidak baik dikonsumsi karena terlalu manis.

"Boleh, tapi jangan banyak-banyak!" ujar Fathur mencubit hidung Anantha.

Anantha yang diperlakukan seperti itu mengalihkan pandangannya, agar Fathur tak melihat pipinya yang sudah memerah. "Thank you."

"Pak beli permen lolipopnya satu." kata Anantha pada Bapak penjual tersebut.

"Ukurannya mau yang mana neng?" tanya Bapak penjual tersebut, karena disana banyak berbagai macam ukuran.

Sebelum memilih Anantha berfikir-fikir lebih dulu barulah Anantha mengambilnya. "Yang ini aja Pak, yang jumbo!" ujar Anantha antusias.

"Yang ini dua puluh ribu aja neng." kata bapak penjual tersebut memberikan permen lolipopnya pada Anantha.

"Fathur uangnya!" Anantha- gadis itu mengadakan satu tanganya di depan wajah Fathur.

Fathur yang asik melihat Anantha, meringis kesakitan saat tangan mungil istrinya, menggeplak lengan sebelah kirinya. "Sakit sayang!" geram Fathur.

"Habisnya bengong mulu! Mana uangnya!" kesal Anantha.

Fathur segera mengambil dompetnya di saku celana mengambil uang selembar dua puluh ribuan ke gadis itu.

"Ini Pak, makasih pak."

"Iya neng sama-sama"

Anantha segera menarik tangan Fathur memutari pasar malam tersebut. Anantha mengusapi perutnya yang penuh dengan makanan. Dia juga membeli berbagai macam makanan, hingga perutnya kekenyangan. Tentunya dengan uang Fathur, kata Fathur dia itu orang kaya! yasudah Anantha boleh dong pakek uang Fathur!

Fathur terkekeh geli saat Anantha mengeusap perutnya kekenyangan. Dasar kecil-kecil makannya banyak juga ternyata. Karena ingin meledek Anantha, Fathur mengusap perut Anantha pelan.

"Anak papah, udah kenyang ya!" ujar Fathur terkekeh sambil mengusap perut Anantha. Yang di hadiahi geplakan ditangannya, tentunya ulah tangan istrinya.

Seketika tubuh Anantha meremerang, ia mendelik ke arah Fathur, agar tidak  ketahuan jika dia sedang gugup sekarang. Bisa-bisanya Fathur mengusap perutnya, segala pakai ucapan anak papah lagi! Memang dia hamil!

"Anak Papah endasmu! Hamil aja enggak!" ketus Anantha mendelik sebal, mempercepat langkahnya mendahului Fathur.

Fathur semakin tertawa geli, melihat sikap Anantha. "Yaudah nanti pulang dari sini, aku hamilin kalo gitu!" ledek Fathur berbisik di telinga Anantha, menyamakan langkah kakinya dengan Anantha.

"Fathur!" teriak Anantha menutup kupingnya, tak ingin mendengarkan ucapan Fathur yang melantur.

"Bercanda sayang!" kata Fathur mengakhiri kejahilannya. Fathur langsung menarik pinggang Anantha posesif dengan satu tanganya. Dia tak perduli dengan tatapan orang-orang yang berada disana.

My Imam Until Jannah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang