07

2.6K 155 0
                                    

"Sejauh apapun Tuhan memisahkan kita. Jika kamulah tulang rusukku, Tuhan pasti akan mempersatukan kita kembali."

.
.
.
.
.
.



"Ka-kamu." pekik Anantha spontan, memelototkan matanya.

"A-ana." lirih Fathur.

Fathur tak percaya dia akan bertemu dengan gadis itu lagi. Diam-diam Fathur menarik sedikit sudut bibirnya keatas. Sebenarnya, saat pertama kali Fathur bertemu dengan Anantha ada sesuatu perasaan aneh yang membuncah di dalam hatinya.

Sementara Anantha terkejut dengan apa yang ia lihatnya. Ternyata dugaannya benar! Lelaki itu adalah Fathur. Anantha takut jika Fathur akan memberikan tahu pada Mamah dan Papahnya tentang persoalan kemarin.

"Wah-wah, Papah ga nyangka kalian sudah saling kenal." kali ini Hendra bersuara, ia senang karena putrinya sudah mengenal anak sahabatnya lebih dulu, dibandingkan dengan dirinya.

"Ah, iya om! Kita baru saja kenal kemarin." ucap Fathur, sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"I-iya Pah." kata Anantha kikuk.

Hendra hanya tersenyum saja dengan alasan kedua anak muda tersebut.

"Yasudah, tak apa. Fathur kamu silahkan duduk nak." ucapan Dewi, mempersilakan Fathur duduk.

"Terimakasih tante." balas Fathur tersenyum.

Anantha bernapas lega, setidaknya laki itu bisa menjaga rahasinya kemarin. Kalau tidak mungkin Papahnya akan marah.

Seketika suasana menjadi hening, aura di ruang tersebut menjadi tegang.

"Baiklah, karena Fathur sudah datang kita langsungkan saja, tentang mengapa saya datang kesini." ujar akhmad; Abinya Fathur.

"Jadi, kedatangan kami kesini seperti apa yang kita nantikan sejak dulu Hen! Bahwa, Fathur dan Anantha akan kita jodohkan." jelas Akhmad; Abinya Fathur.

Deg!

Hati Anantha seperti dihantam oleh batu besar. Mata Anantha mulai memanas, hanya tinggal sedikit lagi air mata miliknya menetes. Akan tetapi Anantha mencoba menahannya. Tidak! Mengapa Papah dan Mamahnya tak pernah membicarakan soal perjodohan ini padanya. Hatinya seperti tersayat oleh pisau, Mengapa ia harus menjalani tadir seperti ini! Apa karena Anantha tak pernah mendengarkan perkataan orang tuanya, jadi mereka menjodohkan dirinya! Pantas saja kedua orang tuanya sangat baik belakangan ini. Anantha kecewa dengan Mamah dan Papahnya yang tidak  menanyakan lebih dulu pendapatnya.
Anantha segera mengontrol mimik wajahnya agar terlihat biasa saja. Anantha berharap laki-laki itu tak menyetujui perjodohan ini.

Fathur terdiam dengan apa yang di katakan oleh kedua orang tuanya tadi. Diam-diam Fathur mengepalkan tangannya. Ini sangat mengejutkan baginya! Fathur bisa apa? Jika sudah seperti ini. Mana mungkin ia menolak keinginan kedua orang tuanya. Fathur tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Sebagai anak ia harus membahagiakan kedua orang tuanya. Jika harus dengan cara ini, Fathur ikhlas dengan sepenuh hati.

"Benar apa yang dikatakan Akhmad. Maafkan kami jika baru memberitahukan sekarang tentang perjodohan ini pada kalian. Jadi, bagaimana? Apa kalian setuju?." tanya Hendra to the point. Hendra mengerti apa yang dirasakan Anantha dan Fathur. Tapi ini juga demi kebaikan putri semata wayangnya.

"Fathur bagaimana dengan Anantha saja om. Jika, Anantha seju Fathur insyaallah siap." balas Fathur, menunggu persetujuan dari Anantha.

Semua orang yang ada disana menunggu jawaban dari Anantha.

My Imam Until Jannah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang