33

2.2K 114 0
                                    

"Mas!!!" teriak Anantha memanggil Fathur yang berada di lantai 2 kamar mereka.

"Kenapa sih sayang?! Gausah teriak-teriak." ujar Fathur menyahuti istrinya. Fathur segera melangkahkan kakinya menuruni anak tangga karena posisinya yang berada di lantai 2.

Memang kini keduanya sudah berada di kediaman mereka. Karena, tadi saat pemeriksaan kondisi Anantha sudah membaik. Maka dari itu dokter memperbolehkan Anantha pulang. Tetapi, walau begitu Anantha harus tetap istirahat total di rumah lebih dulu.

"Mas!!! Aku mau martabak telur beliin ya," ucapan Anantha antusias. Sepertinya ia sedang mengidam martabak telor.

Kini memang sudah jam 5 sore. Maka dari itu pasti martabaknya sudah buka.

"Kamu ngidam?" tanya Fathur, dibalas anggukkan oleh Anantha.

Tentu dengan senang hati Fathur menuruti permintaan istrinya. Fathur segera mengambil konci mobil, saat ingin keluar dari rumah. Tangan Fathur ditahan oleh Anantha.

"Kenapa lagi sayang?"

"Mas, jangan marah ya! Tapi aku mau mas yang bikin martabaknya." ujar Anantha dengan tatapan sendu.

Fathur yang kaget tentu memblakkan matanya. "S-sayang, tapikan aku gak bisa. Udah ya biar abang martabaknya yang bikinin." ucapan Fathur lesu. Ada-ada saja istrinya ini. Nanti kalau ia yang bikin yang ada martabaknya gagal.

Mata Anantha berkaca-kaca karena Fathur tak menuruti acara ngidamnya. "Hiks... Mas gak sayang sama aku sama baby! Lagian bukan aku yang mau tapi baby." isak Anantha dihadapan Fathur. Fathur mendengus pasrah, mau tak mau ia harus menuruti permintaan istrinya.

Kini Fathur tengah berada di penjual martabak. Memang sejak mengandung mood Anantha menjadi sangat sensitive dan mudah menangis. Seperti keinginannya Anantha, harus dia yang membuatnya. Sebenarnya, bisa saja bukan Fathur yang membuat melainkan Bapak penjual martabak tersebut jika Anantha tak ikut. Tapi, permasalahannya istrinya itu ikut dan sekarang tengah berada di mobil.

Yap, Anantha melihat Fathur dari dalam mobil. Apakah benar suami yang membuat martabak telur tersebut! Cukup lama Anantha menunggu suaminya di dalam mobil. Sebenarnya ia kasihan melihat Fathur yang kesulitan membuat martabak telur untuknya. Tapi ini kemauan baby nya jadi Anantha tak bisa menolak.

Sekitar beberapa menit Fathur telah selesai membuat martabak telur, walaupun di bantu oleh Bapak pedagangnya. Fathur segera membayar martabak telur tersebut.

"Terimakasih ya Pak. Maaf merepotkan, soalnya istri saya lagi ngidam! Mintanya yang aneh-aneh lagi." ujar Fathur merasa tak enak , karena merepotkan Bapak penjual martabak telur tersebut.

"Gapapa atuh mas, Bapa oge paham. Kalau sedang mengidam mah memang  kitu. Istri Bapa oge baheula kitu." kekeh Bapak penjual tersebut dengan bahasa sundanya.

"Iya Pak, sekali lagi terimakasih. Saya pamit ya Pak."

"Iya sami-sami. Hatur nuhunnya."

Fathur segera menuju mobilnya, tak ingin Anantha menunggu lama. Dia segera masuk kedalam mobil. Memberikan sebungkus plastik yang berisikan martabak telur pesanan istrinya.

My Imam Until Jannah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang