Prolog

50 1 0
                                    

Alana - 30 tahun

Berada pada titik dimana putranya tak lagi menjadi satu-satunya motivasi dirinya untuk bernafas. Setelah hampir 5 tahun di dalam otaknya hanya berpikir bagaimana ia harus mencukupi kebutuhan Jeno sampai ia bisa bekerja untuk dirinya sendiri.

Sudah hampir 1 jam ia duduk memeluk lututnya di depan makam Yunho. Pikirannya flashback dimana ia hidup dengan bahagia dan sangat diperhatikan oleh pria tinggi dengan mata sipit itu.

Alana mengambil nafas panjang lalu berdiri.

"Aku pamit dulu ya.. Jeno Appa. Nanti aku akan kembali dengan anak kita dan calon papanya..."

Ia terdiam sejenak.

"Kamu tak perlu khawatir, ia sangat menyayangi Jeno dan aku," Alana tersenyum mengingat bagaimana pria yang senang sekali makan tteokbokki itu selalu menanyakan Jeno terlebih dahulu daripada dirinya, kekasihnya.

"Bye bye..." telapak tangannya mengarah ke batu nisan, seolah-olah Yunho ada disana.

Tiga detik kemudian ia berlalu, kembali masuk ke dalam mobil, pulang kembali untuk menemui putra kesayangannya.

Tiga detik kemudian ia berlalu, kembali masuk ke dalam mobil, pulang kembali untuk menemui putra kesayangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*

Julian - 29 tahun

Seorang pengusaha tampan dan kaya raya, idaman hampir semua wanita yang melihat bahkan mengenalnya. Namun sayangnya, semua yang pernah dekat dengannya tidak pernah lebih jauh dari status pacar dan paling lama hubungan mereka adalah 6 bulan.

Bukan tidak normal, tapi pria bermarga Jung itu malas sekali dengan wanita cerewet. Ia pun tak benar-benar nyaman harus selalu memberikan kabar, apalagi kegiatannya sering mengharuskannya keluar kota bahkan keluar negeri.

Namun kali ini berbeda, wanita ini sudah pernah ada di hidupnya, bahkan setelah berjauhan pun dalam hati kecilnya nama wanita ini masih ada.

"Kamu tidak kedinginan?" Julian menghampiri wanita yang sedang asyik melihat pemandangan dari balkon hotel.

"Dingin..." jawabnya tanpa menoleh. Julian yang baru sampai terpaksa kembali masuk dan mengambil selimut tebal dari kasur.

"Pakailah..." ujarnya sambil mamakaikan selimut di pundak wanitanya, lalu memeluk erat.

"Apa kau bahagia?"

"Tentu saja... kenapa kau bertanya hal ini terus menerus?" Wanita itu tampak kesal.

"Aku hanya takut aku bersikap norak," Julian beralasan. Wanita tersebut tertawa renyah sambil memeluk perut Julian.

"Aku mencintaimu Mr. Jung..."

"Aku juga Nanaku."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


You Complete MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang